Warisan Budaya Takbenda Jawa Barat, Ada Upacara Hajat Arwah

- Penulis

Senin, 19 Juni 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gentrapriangan- Tercatat ada 22 karya budaya takbenda asal Jawa Barat dari 289 yang ada di Indonesia 2021. Di tulisan sebelumnya telah mencatat 7 warisan budaya takbenda asal Jawa Barat. Kali ini akan memaparkan lanjutan 8 warisan takbenda berikutnya, apa saja? Simak tulisan berikut ini berikut ini:

Kampung Pulo Cangkuang

Kampung Pulo adalah perkampungan yang berada di tengah kawasan Situ Cangkuang  yang berada di Kampung Cijakar, Desa Cangkuang, Kecmatan Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat

Menurut cerita rakyat konon dulu ada seorang tokoh yang bernama Embah Dalem Arif Muhammad. Embah Dalem Arif berasal dari Kerajaan Mataram lalu singgah di daerah Kampung Pulo. Ia singgah di daerah ini karena terpaksa mundur kalah melawan pertempuran  dengan tentara Belanda.

Karena kekalahannya melawan tentara Belanda, ia kemudian tidak mau kembali ke Mataram karena malu dan takut kepada Sultan Agung, dan lalu menetap di Kampung Pulo

Masyarakat Kampung Pulo dulunya beragama Hindu, lalu Embah Dalem Arif Muhammad menyebarkan Agama Islam. Selanjutnya beliau dan kawan-kawannya menetap di daerah Kampung Pulo hingga wafat di Kampung Pulo

Menetap sampai wafat di Kampung Pulo, Embah Dalem Arif Muhammad meninggalkan 7 anak, enam anak perempuan dan satu anak laki-laki. Karena itu, di Kampung Pulo terdapat enam buah rumah adat yang berjejer saling berhadapan. Masing-masing tiga buah rumah di kiri dan di kanan, di tambah dengan sebuah masjid.

Ada tradisi yang unik yang lestari sampai sekarang yaitu jumlah dari rumah tersebut tidak boleh lebih atau kurang serta yang tinggal di rumah tersebut tidak boleh lebih dari enam kepala keluarga.

Jika seorang anak sudah dewasa kemudian menikah, paling lambat dua minggu setelah itu harus meninggalkan rumah dan harus keluar dari lingkungan keenam rumah tersebut

Karinding

Merupakan alat musik berukuran kecil yang terbuat dari pohon enau atau bambu, yang apabila ditiup keluar bunyi nyaring.

Baca Juga :  Makna Filosofis di Balik Ketupat, Makanan Khas Lebaran

Karinding masuk dalam kategori permainan rakyat yang hanya dapat memainkan satu kunci nada yang berbunyi dengan cara meniup dan menggerakan bagian ujungnya.

Konon Karinding telah ada di tanah Sunda sejak 300 tahun lalu. Instrumen ini terdapat di hampir seluruh dunia dengan berbagai bahan dan tekhnik memainkannya

Rasi

Rasi (Beras Singkong) merupakan makanan pokok masyarakat Kampung Cirendeu, Kecamatan Cimahi Selatan, Jawa Barat.

Masyarakat Cireundeu merupakan masyarakat yang telah menerapkan pola makan nonberas sejak 1924

Menurut Patriasih, dkk (2011), secara adat mereka menabukan berbagai makanan yang terbuat dari beras. Tabu makan nasi ini ada sejak 1918. Konon pada saat penjajahan Belanda, Cireundeu mengalami bencana kekeringan dan padi menjadi puso, sementara suplai beras dari pemerintah Belanda waktu itu sangat sulit. Akhirnya mereka membuat alternatip olahan makanan menggantikan nasi (beras) dengan membuat nasi yang terbuat dari olahan singkong

Palakiah Palean Raga

Sejarah ritual Palakiah Palean Raga merujuk pada lahirnya Paguron Ajaran Pencak Silat Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka, Oleh Maha Guru KH. Adjie Djaenudin bin H. Usman

Paguron Pencak Silat tersebut berada di Kampung Gunung Dukuh Desa Citapen Kabupaten Bandung Barat

Selanjutnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Barat pada 2019, Palakiah Palean Raga menjadi syarat bagi setiap calon pesilat sebelum mengikuti bela diri.

Tujuannya agar calon pesilat diberikan selamat lahir dan bathinnya pada saat mengikuti pelatihan pencak silat di Paguron Gadjah Putih Mega Paksi

Rangkaian ritual ini termasuk melancarkan gerakan otot sehingga mudah untuk menguasai jurus-jurus yang diajarkan.

Palakiah Palean Raga dipercaya sebagai perbuatan mulia yang mampu membuat badan atau raga menjadi lentur melalui tindakan pijit, urut, dan totok

Bordir Tasikmalaya

Menurut sejarah, industri bordir di Tasikmalaya pertama kali tumbuh dan berkembang pada 1925 di Desa Tanjung, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya

Baca Juga :  Kertas Daluang, Sejarah dan Kegunaannya

Salah seorang perintisnya adalah perempuan bernama Hj. Umayah binti H. Musa, yang pada tahun sebelumnya bekerja di perusahaan Amerika, yakni Singer

Bordir Tasikmalaya mempunyai ciri khas tersendiri yaitu kuatnya nilai-nilai kearifan local yang tertuang dalam corak rupa bordirnya

Ada beberapa  nilai yang dapat menyatu dengan nilai tradisional, namun ada pula yang masih dipertahankan karena merupakan ciri dan menyatu dengan keyakinan hidup masyarakat

Cerita Pantun Nyai Sumur Bandung

Cerita Pantun Nyai Sumur Bandung merupakan karya budaya takbenda yang dipertunjukan dalam acara syukuran 40 hari kelahiran bayi perempuan. Sinopsis Cerita Pantun Nyi Sumur Bandung Negara Kutawaringin merupakan Negara yang subur dan makmur yang tidak pernah kekurangan apapun dan masyarakatnya berpengetahuan tinggi

Cerita Pantun Sunda adalah cerita tutur dalam bentuk sastra Sunda lama yang tersaji secara paparan (prolog), dialog, dan kerap dinyanyikan.

Cerita ini dilantunkan oleh seorang juru pantun sambil diiringi alat music kecapi yang dimainkannya sendiri

Angklung Gubrag

Angklung Gubrag biasanya mentas pada saat ritual penanaman padi dengan maksud agar hasil panen berlimpah

Instrumennya meliputi enam buah angklung menggunakan bambu hitam

Upacara Hajat Arwah

Karya budaya takbenda selanjutnya adalah sejarah tradisi Upacara Hajat Arwah terdapat di Kampung Parakansalam, Desa Nyalindung, Kecamatan Cipatat, merujuk pada alamat leluhur keturunan pendiri Kampung Parakansalam, yakni Embah Dalem Jagasakti.

Makna dari Upacara Hajat Arwah ialah pentingnya menghormati orangtua, baik masih hidup maupun telah tiada

Nilai menghormati orangtua yang tersebut adalah menghormati jasa para leluhur yang sudah membangun Kampung Parakansalam. Juga memberikan kehidupan yang aman kepada masyarakat setempat

Sebagai keturunannya, masyarakat beserta sesepuh berdoa kepada Allah SWT seraya berharap arwah leluhur yang telah membangun kampong mereka akan terus mendapat pahala yang mengalir karena jasa budi baik amaliahnya (Koentjaraningrat, 2002)

Berita Terkait

Seni Nyarere, kerajinan Kreatif dari Lidi Kelapa Khas Ciamis
Genjring Ronyok, Tradisi Buhun yang Masih Bertahan
Tari Sulintang, Tarian Khas dengan Iringan Bambu
Tari Topeng Ciawi, Seni Tari yang Perlu Dilestarikan
Seni Sunda Lais, Budaya Khas Garut yang Menantang
Ngabreg, Tradisi Tangkap Ikan di Garut saat Akhir Tahun
4 Permainan Tradisional Khas Jawa Barat, Apakah Kalian Pernah Mencobanya?
Celempungan Kesenian Tradisional Jawa Barat
Berita ini 139 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 30 Januari 2024 - 16:24 WIB

Seni Nyarere, kerajinan Kreatif dari Lidi Kelapa Khas Ciamis

Jumat, 26 Januari 2024 - 20:41 WIB

Genjring Ronyok, Tradisi Buhun yang Masih Bertahan

Sabtu, 20 Januari 2024 - 13:18 WIB

Tari Sulintang, Tarian Khas dengan Iringan Bambu

Jumat, 19 Januari 2024 - 16:21 WIB

Tari Topeng Ciawi, Seni Tari yang Perlu Dilestarikan

Sabtu, 13 Januari 2024 - 12:47 WIB

Seni Sunda Lais, Budaya Khas Garut yang Menantang

Minggu, 31 Desember 2023 - 19:54 WIB

Ngabreg, Tradisi Tangkap Ikan di Garut saat Akhir Tahun

Senin, 19 Juni 2023 - 13:01 WIB

Warisan Budaya Takbenda Jawa Barat, Ada Upacara Hajat Arwah

Minggu, 28 Mei 2023 - 17:49 WIB

4 Permainan Tradisional Khas Jawa Barat, Apakah Kalian Pernah Mencobanya?

Berita Terbaru

Tugu Tugu di Kota Tasikmalaya (Foto: Istimewa)

Cek Fakta

Menelusuri Jejak Sejarah Lewat Tugu Ikonik Tasikmalaya

Minggu, 7 Jul 2024 - 10:17 WIB