Ciamis – Indonesia adalah negara yang memiliki banyak tradisi di setiap daerahnya, salah satunya Misalin yang digelar untuk merayakan atau menyambut suatu momen tertentu.
Biasanya tradisi tersebut berasal dari kepercayaan yang dianut oleh masyarakat sekitar dalam mengaplikasikan ajaran leluhur mereka.
Di Ciamis, Jawa Barat terdapat sebuah tradisi khusus yang biasa dilakukan masyarakat setempat untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan yaitu tradisi Misalin.
Tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun tersebut selalu diadakan oleh masyarakat di Desa Cimarangas, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat setiap tahunnya.
Sejarah Tradisi Misalin
Tradisi Misalin sangat erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Cimarangas yang percaya bahwa leluhur mereka dari Kerajaan Galuh, bernama Sanghyang Cipta Permana Prabu Digaluh Salawe, selalu melakukan penghormatan kepada ayahnya melalui tradisi nyekar (mengunjungi makam) sebelum bulan Ramadan tiba.
Hal tersebut kemudian berkembang menjadi tradisi misalin yang selalu dilakukan oleh masyarakat Cimaragas setiap menjelang datangnya bulan suci Ramadan dengan membersihkan diri melalui kuramasan yang dilakukan oleh anak-anak dan dimandikan oleh sesepuh setempat.
Dilansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Latif Wijaya atau yang biasa disebut Abah Latif sebagai juru kunci makam keramat sekaligus sesepuh di desa tersebut mengungkapkan bahwa ritual adat Misalin secara harfiah berarti melakukan pergantian baju menuju kesejahteraan hidup lahir batin.
Filosofi Tradisi Misalin
Tradisi tersebut berasal dari kata Mi yang artinya melakukan dan Salin yang artinya berganti pakaian. Sehingga tradisi tahunan ini telah turun temurun dilakukan oleh masyarakat di wilayah tersebut untuk menyalin jiwa mereka untuk menyambut bulan Ramadan.
Pada tradisi ini, masyarakat bergotong royong membersihkan makam leluhur sekaligus berdoa di tempat tersebut untuk menyucikan diri menyambut Ramadan.
Sesepuh desa, Latif Wijaya atau hanh lebih sering djpanggil Abah Latif, menerangkan, Makna dari misalin sendiri diambil dari kata “Mi” yang berarti melakukan sedangkan “salin” yang berarti berganti pakaian.
Jadi arti dari misalin itu sendiri ialah menggantikan atau membersihkan hati dan jiwa mereka untuk menyambut bulan suci ramadhan.
Dalam tradisi misalin, masyarakat berbondong – bondong untuk membersihkan makam leluhurnya, sekaligus berdoa ditempat tersebut.
Latif Wijaya atau kerap dipanggil Abah latif menambahkan bahwa dengan adanya tradisi misalin bisa membersihkan diri dari perbuatan – perbuatan yang bersifat menentang norma – norma agama.
“Misalin juga bermakna membersihkan diri dari segala macam yang bertentangan dengan norma agama,” ujarnya
Menurut Abah latif, tradisi itu terdapat simbol khas yang selalu diadakan dalam misalin, yaitu kuramasan atau memandikan anak kecil.
Anak kecil disimbolkan sebagai objek yang masih suci dan menggambarkan masyarkat yang dianggap akan kembali suci layaknya anak kecil.
“Tradisi ini bermakna agar warga sini melakukan salin diri dari perilaku buruk menjadi baik, Pesan ritual ini juga ditujukan agar setelah bulan puasa,kita menjadi bersih untuk menapaki kehidupan selanjutnya,” jelasnya.