Tasikmalaya – Peraih penghargaan Pasangan Muda Inspiratif dan Berprestasi Kemenpora RI Ajat Sudrajat dan Rini Nur Hanifa mengungkapkan beberapa cara untuk menghindari KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang marak terjadi di Indonesia.
Menurut Ajat, KDRT adalah kejahatan yang sulit dideteksi karena berada dalam ruang yang sangat privat.
“Urusan rumah tangga memang urusan privat, tapi jika sudah terjadi kekerasan maka harus menjadi urusan masyarakat. Banyak pasangan yang enggan mengadukan kasus KDRT karena dianggap sebagai sebuah perilaku membuka aib. Karena pandangan seperti itu, maka KDRT pun semakin banyak terjadi tanpa adanya keberpihakan terhadap korban,” katanya, Sabtu, (24/10/2020).
Ajat melanjutkan, agar terhindar dari KDRT kita harus mempunyai perspektif bahwa relasi istri-suami harus berjalan seimbang.
“Selain itu, untuk meminimalisir praktik KDRT, sebagai suami kita tidak boleh egois, mau menang sendiri dan maunya hanya dilayani,” ujarnya.
“Kita harus menjadi suami yang bijaksana dan rendah hati, suami yang mau berbagi peran dengan istri,” lanjutnya.
Kader Muda NU Tasikmalaya tersebut menyampaikan, keluarga yang baik dimulai dengan cinta, dibangun dengan kasih sayang, dan dipelihara dengan kesetiaan.
“Dengan membangun perspektif relasi istri dan suami yang seimbang, keluarga kita akan akan bahagia, KDRT akan bisa dihindari, dan masalah apapun bisa diatasi. Keluarga harus menjadi support sistem agar setiap orang didalamnya mampu berkarya” ungkapnya.
Sementara itu, Rini Nur Hanifa menyampaikan, agar mampu menjaga hubungan keluarga yang harmoni, kita harus pandai membaca situasi.
“Ketika pasangan kita sedang marah misalnya, maka pasangan yang lain harus bisa menahan diri, ketika suasana hati sudah cukup membaik, baru bicarakan masalahnya, diskusikan persoalan apapun itu, jadikan pasangan kita sebagai mitra diskusi yang setara, dan focus membahas solusi kedepan, tidak mengungkit masa yang sudah lalu,” ujarnya.
KDRT banyak terjadi karena pasangan menikah tidak diimbangi dengan pengetahuan yang luas, padahal membina rumah tangga itu berarti menyatukan 2 orang dengan prinsip dan karakter yang berbeda.
“Jadi calon pasangan muda harus belajar tentang kepemimpinan, budaya diskusi, problem solving, membuat perencanaan yang matang, serta pandai berbagi peran dalam rumah tangga,” jelasnya.
Saat ini saya sangat bahagia telah menikah dengan suami saya. Namun perlu kita ingat, Menikah tidak menjamin kita untuk bahagia. Karena kebahagiaan ditentukan oleh kerja keras (proses) kita untuk menciptakan kebahagiaan itu sendiri.
Pernikahan dan jatuh cinta adalah euforia sesaat, butuh kerja keras untuk mempertahankannya.
“Tantangan membina rumah tangga itu bisa datang dai dalam (internal) bisa juga datang dari luar (eksternal). Kami percaya dengan membangun komunikasi, saling bercerita tentang aktifitas, menentukan tujuan keluarga, menyusun financial plan, dan membudayakan diskusi di dalam keluarga. Insyallah kita bisa mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah,” pungkasnya.
Mengutip kata seorang bijak, Sungguh indah menikahi org yang kamu cintai Tapi jauh lebih Indah, mencintai orang yang kamu nikahi