Bandung – Siapa yang tidak tertarik memiliki barang-barang branded dengan kualitas bagus serta harga terjangkau. Kini, sedang banyak digandrungi oleh kaum milenial yang mulai menerapkan konsep berbelanja dengan istilah thrifting.
Arti thirfting sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan membeli barang bekas pakai, dengan catatan kualitas barang yang dijual di toko thrift biasanya masih dalam keadaan baik dan berkualitas, sehingga tidak jarang pembeli dapat menemukan barang yang branded saat berbelanja.
Berbicara mengenai dunia thrifting ini tidak lengkap rasanya jika tidak membahas Pasar Cimol Gedebage yang dikenal sebagai surganya barang-barang branded dengan kualitas bagus serta harga bervariatif mulai dari Rp25.000-100.000.
Pasar Cimol sendiri merupakan kepanjangan dari Cibadak Mall. Nama ini diambil karena sebelumnya lokasi perbelanjaan ini terletak di Jalan Cibadak. Ramainya pasar yang tumpah ruah di jalanan pun mengganggu aktivitas lalu lintas dan pejalan kaki.
Akhirnya pada pertengahan tahun 2000an pusat perbelanjaan ini pindah ke pasar Gedebage dan sampai sekarang namanya menjadi Pasar Cimol Gedebage dan menjelma sebagai pusat barang bekas atau disebut dengan istilah preloved terbesar di Jawa Barat.
Pasar Cimol Gedebage ini menawarakan berbagai produk seperti baju, celana, topi dan jaket denim, ada juga jaket berbahan tebal, parasut, sport dengan model bervariatif. Mulai dari gaya vintage, retro, monokrom, atau playfull dengan warna-warna yang cerah.
Jaket sendiri merupkan salah satu incaran yang sering dicari pembeli terutama oleh kaum milenial yang mulai terjun ke dunia thrifting.
Membahas dunia thifting tidak akan lengkap tanpa bertanya langsung ke para pelaku usahanya.
Salah satu pedagang di Pasar Cimol Gedebage Juan Lesamana mengungkapkan, alasan dirinya tertarik menjual usaha thifting awalnya karena coba-coba kemudian ternyata menghasilkan pendapatan dan menjadikan dirinya tau mengenai brand-brand.
“Iya awalnya karena emang suka kemudian coba-coba untuk berjualan ternyata lumayan bisa menghasilkan pendapatan. Tentunya jadi ngerti juga tentang brand-brand yang branded,” ujarnya kepada Gentra Priangan saat ditemui di lokasi usahanya.
Juan Lesmana mengaku dirinya sudah mulai berjualan thirftiing di Pasar Cimol ini sudah sejak 2013, selama pemberlakuan PPKM Darurat dirinya berupaya menjual barang daganganya secara online juga mengandalkan dari pelanggan tetap yang datang ke rumahnya.
“Saya di sini jualan sudah dari tahun 2013, sejak adanya pandemi lumayan ada efeknya kerasa, apalagi waktu kemarin PPKM pasar harus tutup. Tapi, untungnya masih ada pelanggan tetap yang datang ke rumah belanja, paling dari situ lumayan ketolong sama ngandelin media sosial,” jelasnya.