Garut – Berbicara mengenai Kabupaten Garut, tidak akan ada habisnya jika kita mengulik keunikan daerah dengan julukan Kota Intan ini, bukan hanya terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau, jika digali lebih dalam, Garut juga memiliki ragam kesenian yang bisa kita nikmati.
Sebut saja Surak Ibra dan Cigawiran, kesenian tarik suara ini merupakan kesenian asli Garut yang belum banyak masyarakat ketahui.
Warisan leluhur Garut ini kian hari kian tidak dikenali oleh generasi muda, hadirnya budaya populer menjadikan kesenian asli kebanggan orang Sunda ini perlahan asing ditelinga kita.
Mojang Kabupaten Garut, Suci Dzikriani mengungkapkan jika dirinya memiliki keprihatinan terhadap kondisi yang kini terjadi di masyarakat.
Kurangnya minat orang muda Garut terhadap seni musik Sunda khususnya Kabupaten Garut, menjadikan dirinya untuk bertekad agar bisa mengenalkan musik Sunda dengan menjadi Mojang Kabupaten Garut.
“Dengan menjadi mojang juga harapannya bisa menginfluens orang lain untuk turut melestarikan kesenian Sunda, sedikitnya mengenalkan kesenian sunda kepada masyarakat Garut, terutama seni musik yang masih asing ditelinga kita,” ungkap Suci kepada gentrapriangan.com, Minggu (27/11/22).
Suci menuturkan, jika ada kesenian musik khas Garut yang belum banyak masyarakat tahu, sebut saja Surak Ibra, kesenian asli Garut yang berasal dari Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Surak Ibra atau dikenal juga sebagai Boboyong Eson, merupakan kesenian yang diciptakan oleh Raden Dajajadiwangsa, atau lebih dikenal masyarakat dengan nama Raden Papak. Namun, dari literatur lain, Surak Ibra ini diciptakan oleh seorang ahli kesenian silat bernama Bapak Ibra.
Kesenian ini dimainkan oleh banyak pemuda, terdapat 50-100 orang yang memainkan pagelaran ini, dengan irama yang semarak dan perasaan yang gembira, yang nantinya salah satu pemain akan diangkat tinggi-tinggi sebelum nantinya dilempar dan ditangkap kembali.
Yang menjadi ciri khas Surak Ibra adalah penampilan pencak silat yang diiringi oleh irama dogdog, angklung, pentungan bambu, dan para pemain lain yang membawa obor.
Selain kesenian Surak Ibra, terdapat juga seni musik Garut bernama Cigawiran, lantunan musik religi Sunda yang berasal dari Desa Cigawir, Kecamataan Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Cigawiran berbeda dengan tembang khas Sunda pada umumnya, kesenian ini merupakan akulturasi budaya Sunda dengan budaya Islam, sehingga tembang ini menjadi jenis seni Islam Sunda yang lahir dari pesantren.
Kesenian ini dikembangkan oleh Raden Haji Djalari pada tahun 1823 M, seorang ulama yang memiliki keahlian dalam bidang seni tembang Sunda.
Wanita pelantun lagu Pekat ini juga menilai, jika sebenarnya generasi muda Garut memiliki potensi besar untuk berkiprah didunia musik, banyak musisi muda yang sudah menghasilkan beragam karya musik.
Namun menurutnya, minat generasi muda melestarikan musik Sunda masih sedikit, mereka harus didorong untuk bisa turut serta mengenalkan musik kebanggan orang Sunda.
“Peminat musik sunda masih kurang, tidak seperti musik pop, jazz, kalo musik seperti ini kan mungkin karena memang sering didengar oleh mereka, jadi pada tau, berbeda dengan musik daerah yang sudah jarang sekali menjadi play list anak muda”, kata Suci.
Melihat kenyataan ini, Suci juga memiliki trobosan untuk melestarikan seni musik Garut, salah satunya dengan kolaborasi. Ia mengharapkan jika kedepannya setiap event pagelaran yang ada di Garut, bisa melibatkan para seniman Sunda untuk ikut memeriahkan acara.
“Kalo misalnya ada event musik, bisa di kolaborasikan dengan penampilan seni daerah, seperti musik karawaitan, atau yang lainnya, selain bisa mengenalkan musik tradisional, saya rasa hasilnya juga akan menarik,” pungkasnya.