Tasik– Tasikmalaya merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat, memiliki maskot khas yang terkenal yaitu “Payung Geulis”. Payung geulis merupakan kerajinan yang lekat dengan sejarah Tasikmalaya sejak zaman dahulu. Oleh sebab itulah, payung geulis menjadii salah satu maskot Tasikamalaya yang sangat terkenal.
Kata payung geulis itu sendiri berasal dari Bahasa sunda yang berarti “Payung Cantik”. Nama ini terpilih karana payung geulis terlihat sangat menarik dan cantik dengan ornamen tradisional khas Tasikmalaya.
Pada zaman dahulu, payung ini sebagai pelengkap penampilan para Mojang Tasik saat berkebaya. Kegunaannya untuk melindungi wajah dari terik cahaya matahari. Bagi para Mojang Tasik, berkebaya seakan tak sempurna kecantikannya apabila tidak menggenggam payung geulis. Sehingga ada juga yang menyebut bahwa payung geulis ini berarti payung yang membuat penampilan tambah geulis atau cantik.
Sejarah Payung Geulis
Sejarah payung geulis berawal dari penerimaan masyarakat sunda pada perubahan. Awalnya, industri payung geulis ini milik etnis China yang menetap di Jalan Babakan Payung, Kota Tasikmalaya. Namun, banyak penduduk Tasik yang ikut mengembangkan kerajinan ini hingga akhirnya payung geulis menjadi kerajinan khas Tasikmalaya.
Pada tahun 1929, hampir seluruh warga Desa Panyingkrian, Babakan Payung, dan Empang menjadi pengrajin payung geulis. H. Muhyi salah satunya, ia terkenal karena keuletannya dalam memproduksi payung geulis. Saat itu, membuat payung geulis merupakan mata pencaharian utama hampir seluruh warga desa di sana.
Proses pembuatan payung ini memerlukan beberapa tahapan. Mulai dari pembuatan payung dari kertas berbentuk bulat, pemasangan benang pada bagian dalam payung, sampai pemolesan tepung tapioka atau lem agar tekstur kertas menjadi kaku. Setelah itu, barulah proses pengecatan untuk selanjutnya, pengrajin melukis payung secara manual.
Motif dari lukisan ini sangat beragam, biasanya berupa bunga, batik, dan hewan seperti kupu-kupu. Ornamen dari payung ini menggambarkan keindahan alam dan kearifan lokal masyarakat Sunda.
Puncak kejayaan kerajinan ini berkisar antara tahun 1955 hingga 1968. Payung ini sangat populer di kalangan masyarakat Tasikmalaya dan sekitarnya. Bahkan, payung ini sering menjadi hadiah khas yang berharga bagi orang-orang terkemuka di Tasikmalaya. Hal ini menjadikan payung geulis semakin populer dan menjadi bagian dari kebudayaan Tasikmalaya.
Namun, masa kejayaan dari payung ini berangsur-angsur surut saat tahun 1968 pemerintah menganut politik ekonomi terbuka. Penggunaan payung geulis tergeser oleh payung pabrikan hasil impor dari luar negeri yang masuk ke Indonesia.
Tak ingin tinggal diam, sekitar tahun 1980-an para pengrajin mulai membuka kembali usaha kerajinan payung geulis meski dalam jumlah kecil. Hingga akhirnya payung geulis menjadi maskot resmi Tasikmalaya. Sejak itu, payung geulis sering digunakan dalam berbagai acara resmi seperti dalam upacara adat pernikahan.
Makna Payung Geulis
Payung geulis memiliki makna yang dalam. Melambangkan perlindungan dan pengayoman dari leluhur juga lambang kesetiaan dan kebersamaan. Oleh sebab itu, payung geulis tidak hanya dianggap sebagai payung semata, namun juga sarat dengan makna, sejarah, dan nilai-nilai budaya yang tinggi.
Pengrajin payung geulis ini umumnya ialah para orang tua yang menguasai kerajinan ini secara turun menurun. Namun, saat ini nyaris hanya sedikit yang masih menekuni pembuatan payung ini. Sangat jarang sekali generasi muda yang memiliki keinginan untuk menekuni kerajinan ini.
Walaupun pamornya sudah menurun. Namun, sampai saat ini payung geulis masih sangat dihargai dan dijaga keberadaannya oleh masyarakat Tasikmalaya. payung ini juga sering dijadikan oleh-oleh khas bagi para wisatawan yang berkunjung kesana.
Payung geulis bukan hanya benda indah dan unik, namun juga merupakan simbol dari kearifan lokal masyarakat Sunda yang harus terus dilestarikan dan dijaga keberadaannya.