Garut – Calon Wakil Presiden nomor 1 Muhaimin Iskandar mendatangi Kabupaten Garut dalam rangka kampanye. Melalui acara Slepet Amin, Cawapres yang akrab disapa Cak Imin tersebut hadir mendengar aspirasi warga Kabupaten Garut.
Berbagai kalangan masyarakat hadir untuk mendengarkan gagasan serta menyampaikan aspirasi kepada Cak Imin di kafe Coffee Toffee, Kabupaten Garut, Rabu (3/1/2024).
Dari banyaknya masyarakat yang hadir, sebagian besar aspirasi disampaikan oleh kalangan muda Garut.
Beberapa isu menjadi perhatian orang-orang muda Garut terkait gagasan Cak Imin sebagai Cawapres. Dari performa agraria, kebebasan berpendapat, persoalan lingkungan dan juga aspirasi tentang pemerataan dana desa 5 milyar serta dukungan kemerdekaan Palestina yang disampaik oleh Halwa Raudhatul, mahasiswi juga anggota BEM Fkominfo Universitas Garut.
Halwa menyampaikan terkait pemerataan dana 5 milyar perdesa itu tidak realistis. Ini dikarenakan terdapat 83.790 lebih desa di Indonesia. Apabila setiap desa diberi dana 5 milyar, maka menurutnya dibutuhkan dana sekitar 418 triliun lebih.
Berdasarkan nota APBN 2024 dana untuk desa ini hanya 71 triliun. Dengan angka anggaran tersebut terdapat kekurangan yang besar, yaitu sekitar 347,7 triliun. Halwa pun menyinggung dari mana sumber dana program tersebut.
Menanggapi aspirasi tersebut, Cak Imin mengatakan terkait pemerataan dana desa 5 milyar, kalau pihaknya menang, ia ingin memberi contoh anggaran tidak hanya terjadi di pusat, tapi terbagi ke bawah. Separuh anggaran di pusat, separuh anggaran lagi di desa.
Cak imin mengatakan, mengenai pemerataan dana desa seringkali terdapat penyelewengan.
“Harus kita jaga jangan sampai terjadi penyelewengan itu terjadi. Sebab penyelewengan di pusat telah terlalu banyak,” kata Cak Imin.
“Penyelenggaraan desa yang baik baru ditambah, kalau tidak baik akan kita kurangi. Karena tidak bisa menjalankan dengan baik,” tambah Cak Imin menanggapi.
Terkait hal itu, Halwa menyatakan terdapat hal yang lebih urgensi dalam merealisasikan program untuk desa bagi pasangan Capres dan Cawapres, melalui gagasan dengan tahapan-tahapan yang jelas.
“Boleh memberikan janji kampanye untuk daya tarik massa, tapi harus realistis. dana yang terukur outputnya,” kata Halwa.
Halwa menuturkan, untuk mencapai program yang idel bagi desa dapat ditinjau dari beberapa poin penting:
1. Pembenahan sumber Daya Manusia (SDM) aparatur desa yang sesuai kualifikasi, tidak memberikan peluang untuk menjamurnya nepotisme.
2. Dengan SDM yang kompeten, dana yang diterima dari pusat dapat digunakan lebih efektif.
3. Dari proses kualifikasi yang jelas prosedurnya pun akan menghasilkan sdm yang kompetitif dan aparatur desa akan lebih bijak dalam menanggapi isu pemilu ini tanpa menyalahgunakannya.
4. Penguatan fasilitas berbasis teknologi dan training penggunaannya.
Janji Politik Bantu Memerdekakan Palestina
Terkait janji politik dalam memerdekan Palestina, Cak Imin menanggapi secara sederhana melalui kisah spiritual yang diceritakan oleh Kyainya saat umroh pada dirinya.
Saat itu di Gua Hiro, Kyai yang merupakan gurunya Cak Imin tersebut besampingan dengan jamaah umroh yang berasal dari negara Turki. Tampak jamaah itu sedang menangis-nangis, berdoa semoga ‘Amin’ (singkatan Anies-Muhaimin) menang.
Mendengar doa tersebut, lantas Kyai itu bertanya, sebagai orang Turki kenapa anda kenal dengan ‘Amin’, dan apa hubungannya sama Negara Turki.
“Saya sudah belajar tentang Indonesia. Saya juga mempunyai pengalaman. Turki, Afrika, Timur tengah semua tidak bisa membantu saudaranya di Palestina. Orang Turki ini menangis memohon kepada Alloh, semoga dan yakin Indonesia dapat membantu,” ucap Cak Imin menceritakan.
Meneruskan kisah Cak Imin tersebut, Alasannya, karena Indonesia merupakan negara muslim terbesar, terbanyak di dunia.
Tidak puas dengan tanggapan tersebut, menurut Halwa, calon pemimpin seharusnya mempunyai langkah konkrit yang terukur dalam bertindak melalui gagasan yang berbobot.
Halwa menyinggung terkait langkah-langkah yang daoat ditempuh dari setiap sektor yang digunakan dan mempertimbangkan hasil akhirnya.
Menurut Halwa, penyelesaian janji untuk membatu memerdekakan Palestina tidak dapat diselesaikan dengan panggilan spiritual semata.
“Hal ini diatasi tidak hanya berdasar pada hal seperti itu, tapi untuk level pemimpin negara harus punya langkah konkrit yang komprehensif,” kata Halwa.