Mahasiswa merupakan nama dari dua kata, maha dan siswa, maha berarti yg paling segalanya, siswa artinya orang yg sedang duduk di bangku sekolah formal. Mahasiswa menjadi bagian penting dalam pembangunan bangsa Indonesia, dalam sejarahnya, kita tau mahasiswa pernah beberapakali mencetak sejarah dalam romantisme gerakan politik, seperti pelengseran Soekarno dan Soeharto.
Dalam beberapa waktu yg akan datang, mantan-mantan siswa sekolah menengah berbondong-bondong memasuki ruang-ruang kelas baru dan mendapatkan predikat sebagai mahasiswa. Dalam dunia kampus, organisasi kemahasiswa memberikan perhatian khusus bagi mahasiswa baru untuk menentukan sikapnya memilih organisasi baik yang memiliki sejarah, nilai dasar yg jelas serta edukasi kebangsaan.
Disisi lain, peran kaderisasi ekstra organisasi seakan terkikis karena pengaruh pejabat kampus maupun pemerintahan yangg merasa terusik dengan sikap kritis mahasiswa ekstra. Sehingga akibatnya, muncul lah paham paham kelompok mahasiswa yg menaruh benih radikalisme dikampus
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, menyarankan agar organisasi ekstra kampus diizinkan kembali masuk ke kampus. Pasalnya saat ini lingkungan kampus terlalu didominasi apa yang disebutnya sebagai ‘organisasi Islam kanan’ yang cenderung menolak paham Pancasila.
Dalam penjelasan guru besar diatas, posisi organisasi ekstra seyogyanya penuh dengan ajaran keagamaan yang jelas dan kebangsaan yg terus diasah seperti HMI, PMII, GMKI, IMM, KAMMI, PMKRI, KMHDI. menurunnya jumlah kader-kader ektra organisasi dikampus, tak lepas dari peran pejabat kampus karena alasan politis sehingga sering kali dijadikan alasan tidak diberikannya ruang bagi mahasiswa ekstra.
Menurut guru besar Azyumardi, jika organisasi ekstrakampus diizinkan kembali masuk, mereka dapat menjadi kontra-gerakan dan kontrawacana bagi organisasi atau kelompok kanan sehingga radikalisme di lingkungan kampus tidak merajalela.
Sehingga paham-paham radikalisme dalam kampus ter counter melalui diberikannya keleluasaan ektra organisasi dalam kaderisasi dikampus kampus dan menjadi edukatif terhadap mahasiswa baru yg ingin menjajaki dunia barunya.
Jangan sampai, mahasiswa baru yang telah memiliki budaya gotong royong, budaya kampung halaman yang mencintai toleransi hancur lebur setelah bergabung atau terdoktrin oleh paham-paham yang ingin mengganti sistem kenegaraan, memang sampai kapanpun saya yakin Indonesia akan tetap menjadikan pancasila sebagai dasar negara, namun peran edukasi mahasiswa yang menilai bangsa ini tak sesuai dengan ajaran agamalah yang akan menjadikan mereka susah sendiri dalam berkarir dikehidupannya.
M hafiz Azami
(Koordinator Gusdurian Bogor)