Tasikmalaya – Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), Patriot Desa Se-Kabupaten Tasikmalaya akan menginisiasi pembentukan bank sampah di desa dampingan, hal tersebut disampaikan saat melakukan rapat koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tasikmalaya, Kamis, (25/2/2021).
Staff Senior Pemberdayaan Masyarakat Desa (SSPMD) Kabupaten Tasikmalaya Ajat Sudrajat menyampaikan, pasca pertemuan ini rencananya Patriot Desa akan berkerjasama dengan warga untuk mengembangkan program bank sampah.
“Program pengelolaan sampah harus melibatkan masyarakat sekitar secara aktif, hal ini penting agar masyarakat memperoleh pengetahuan dan bisa termotivasi untuk melakukan pengelolaan sampah dalam komunitas mereka”
Pengelolaan sampah berbasis komunitas dengan konsep bank sampah merupakan model pengelolaan sampah yang
cukup efektif yang bisa dilakukan di desa desa.
“Model pengelolaan sampah seperti ini mensyaratkan tumbuhnya kesadaran dan partisipasi aktif warga untuk turut mengelola sampah di lingkungan mereka.
Hal ini dimaksudkan agar muncul kelompok warga yang peduli sampah dan berkeinginan untuk mengelolanya, sehingga pengelolaan sampah dapat berkelanjutan”
Ajat menjelaskan, Patriot Desa adalah salah satu program unggulan Pemprov Jabar yang bertujuan untuk mendukung bertumbuhnya wirausaha lokal, memfasilitasi masyarakat desa dalam mengidentifikasi potensi desa, menumbuhkan kedaulatan desa melalui musyawarah desa, pengembangan potensi masyarakat desa, meningkatkan keterlibatan berbagai pihak dalam perencanaan pembangunan, memberikan dukungan bagi pemerintah desa untuk menyediakan data desa yang terdigitalisasi.
“Patriot desa mempunyai 3 fungsi pertama integrator, yakni memfasilitasi keterpaduan semua program yang ada di desa khususnya yang berasal dari pemerintah provinsi. Kedua menjalin komunikasi antar elemen desa, pentahelix dan publik, dan terakhir match making kebutuhan desa dengan peluang dan pendukung yang ada,” ujarnya.
“Dengan program ini, kami membayangkan Desa di masa depan akan menjadi desa yang mandiri ditandai dengan kemampuan warga/pemerintah desa dalam mengelola kehidupan dan potensinya, serta meningkatnya rasa percaya diri warga desa untuk membangun desa sesuai potensi dan peluang yang ada,” lanjutnya.
Kepala Bidang pengelolaan sampah Dinas Lingungan Hidup (DLH) Kabupaten Tasikmalaya Endang Sahrudin mengatakan, secara umum tugas DLH diantaraya adalah mengumpulkan bahan koordinasi dan melaksanakan perencanaan teknis pengelolaan sampah, menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran dibidang pengelolaan sampah.
Endang mengharapkan, agar Patriot Desa turut mendukung program-program lingkungan di Kabupaten Tasikmalaya.
“Misalnya dengan menginisiasi gerakan sedekah sampah atau inisiasi bank Sampah berbasis komunitas warga,” ungkapnya.
“Kami tentu siap bersinergi dengan patriot Desa Kab Tasikmalaya, harapannya untuk saat ini rekan-rekan bisa membantu untuk mengidentifikasi masalah sampah di desa-desa, setelah itu ayo kita sama-sama menyusun rencana aksi penanggulangan sampah,” lanjutnya.
Truk pengangkut sampah yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tasikmalaya sangat terbatas. Padahal, produksi sampah dari masyarakat terus meningkat.
“Saat ini kami hanya memiliki 10 unit truk untuk angkutan sampah. Ini tidak cukup untuk melayani pengakutan sampah. Misalnya rata-rata sampah dari satu Desa di wilayah Singaparna dalam sehari bisa satu truk sendiri. Padahal kabupaten Tasikmalaya ada 361 desa,” jelasnya.
Pihaknya pernah mengajukan penambahan truk kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementrian PUPR.
“Tahun 2019, dari Kementerian LH ada tambahan tiga unit truk lagi, total saat ini 10 unit,” terangnya.
Sementara itu Pegiat lingkungan Kabupaten Tasikmalaya Bah Idras menyampaikan, sampah adalah masalah yang terjadi diberbagai wilayah. Saat orang buang sampah akan ada warga yang terdampak pembuangan sampah.
“Kenapa seperti ini, karena populasi manusia tidak bisa dibendung, maka yang harus dibangun adalah kesadaran warga desanya”
Kab Tasikmalaya memiliki bank sampah induk yang dibangun 2014, yang sampai dengan saat ini perhatiannya sedikit sekali,” ujarnya.
“Kita butuh banyak penggerak lokal misalnya dengan menginisiasi bank sampah, sedekah sampah atau istilah lainnya,” lanjutnya.
Plastik berupa kemasan makanan atau plastik sekali pakai seringkali dianggap tak bernilai setelah digunakan, akibatnya sampahnya tidak terkelola dengan baik.
“Dengan konsep bank sampah tadi, orang nabung sampah di konversi menjadi uang, jika orang menganggap sampah sebagai masalah, dengan konsep bank sampah kita rubah itu menjadi berkah. Sampah yang terkumpul nantinya bisa diolah kembali dan dapat dimanfaatkan dengan baik seperti menjadi paving blok dan lain sebagainya,” pungkasnya.