BOGOR – Menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Barikade Gus Dur (BGD) Bogor Raya menyelenggarakan diskusi dengan tema “Kemerdekaan dalam Bingkai Bhineka Tunggal Ika dan Persatuan Indonesia”, minggu (16/8/20). Acara tersebut berlangsung di Cafe Cikindo, Parung Bogor.
Ketua BGD Bogor Raya, Kiayi Suhadi, mengemukakan maksud diselenggarakannya diskusi tersebut.
“Maksudnya untuk menyatukan ide gagasan dalam membangun kerukunan dan kebersamaan dalam keragaman. kita adalah bangsa Indonesia yang selayaknya tidak boleh ada sekat-sekat dalam membangun tolerasi dan kerukunan,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Badan Sosial Lintas Agama (Basolia) Bogor menyampaikan peran Basolia selama 13 tahun terakhir ini. Dia juga menjelaskan tujuan dibentuknya organisasi tersebut.
“Basolia sebagai organisasi yang dibentuk oleh tokoh lintas agama, tujuannya untuk mempersatukan langkah kerukunan yang tidak lagi melihat agama sebagai masalah,” ungkap Kiayi Zainal Abidin saat menyampaikan sambutannya.
Kemudian dia menghimbau agar jangan ada yang mebatasi seseorang dalam menyiarkan agamanya, dan merusak kerukunan antar agama.
“Janganlah antar sesama umat agama membatasi dakwah dan syiar agamanya masing-masing. Memberi kebebasan dakwah atau syiar agama lain tidak dimaksudkan untuk ikut dan mempengaruhi orang lain kepada ajaran yg didakwahinya. Boleh beriman, tapi jangan merusak kerukunan,” tegasnya.
Selanjutnya Romo Juned menyampaikan peran Gus Dur dalam memperlakukan setiap manusia dengan posisi yang sama.
“Gus Dur memposisikan semua manusia sama, bahkan meminta wanita mendapat peran yang sama. Semua kelompok harus berperan,” kata rohaniawan Katolik tersebut.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa nasionalis harus diungkapkan, sebagaimana rasa cinta seseorang dikemukakan kepada orang yang dicintanya.
“Nasionalis harus diungkapkan. Sebagaimana seseorang yang mengungkapkan kecintaanya kepada kekasihnya. Karena simbol-simbol itu akan menggambarkan jati diri kita,” ungkapnya.
Selain itu Mubaligh Ahmadiyah, Maulana Basuki Ahmad menegaskan bahwa masyarakat Bogor harus mengungkapkan toleransi dengan aktif sehingga stigma Bogor intoleran akan menghilang.
“Kabupaten Bogor menempati ranking 10 besar kabupaten intoleran. Toleransi aktif harus diungkapkan, yaitu satu sama lain harus saling mengenal,” pungkasnya.
Diskusi yang berlangsung siang tadi diikuti oleh berbagai macam organisasi masyarakat dan kepemudaan. Diantaranya ada Pengurus Cabang Nahdhlatul Ulama (PCNU), Patriot Garuda Nusantara (PGN), Pemuda Ahmadiyah (MKAI), Pemuda Katolik, komunitas Tulang Kuning dan Perkumpulan Wartawan Bogor Utara. Selain itu hadir juga dari Kepolisian dan TNI. (MM)