Garut – Solidaritas Jaringan Antarumat Beragama dan Kepercayaan (Sajajar) menyelenggarakan pameran foto dan nonton bareng film Ngawitan Ngariksa Jagat di Kampung Pasir, Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Selasa, (28/11/2023).
Film Ngawitan Ngariksa Jagat adalah film dokumenter yang diproduksi oleh Sajajar dan Gentra Project.
Disutradarai oleh Sahrul Imam, film ini menampilkan potret para penghayat Adat Karuhun Urang (Akur) Sunda Wiwitan yang ada di Kabupaten Garut.
Film dokumenter yang baru selesai digarap tersebut mengingatkan kembali pentingnya toleransi dan hidup berdampingan dengan alam. Tak heran, jika isu lingkungan pun sangat kental di sepanjang film. Sebab, kehidupan masyarakat Sunda Wiwitan yang menyatu dengan alam, berdampingan dengan alam, dan menjaga alam.
Koordinator Sajajar, Usama Ahmad Rizal mengatakan, Kabupaten Garut merupakan daerah rawan bencana dan tingkat intoleransinya lumayan tinggi. Melalui film tersebut, Ia mengajak agar semua pihak bisa mengkampanyekan toleransi, dan menjaga lingkungannya.
“Film merupakan media kampanye positif yang efektif, dan tentunya film ini diharapkan bukan hanya sekadar tontonan tapi juga tuntutan,” kata Rizal.
Rizal menjelaskan, di tengah musim politik, agama kerap dipolitisasi. Atas dasar itu, diperlukan langkah serius untuk memastikan narasi damai yang mengandung muatan toleransi beragama jelang pemilu 2024.
“Melalui kegiatan Sajajar Festival dan film tersebut kami ingin mengajak publik agar bersama-sama melawan dan terus meningkatkan kewaspadaan terhadap intoleransi di tengah musim politik ini,” ujarnya.
Sementara itu, Sutradara Film Ngawitan Ngariksa Jagat Sahrul Imam menyampaikan, film pendek berdurasi 19 menit ini bercerita tentang kehidupan warga Akur Sunda Wiwitan yang kesehariannya selalu berdampingan dengan alam.
“Film ini hadir dengan dilatar belakangi kegelisahan atas bencana alam yang sering terjadi di Garut akibat adanya kerusakan lingkungan dan alih fungsi lahan. Kemudian kami melihat ada komunitas Sunda Wiwitan yang kesehariannya senantiasa menjaga alam,” ungkapnya.
Ia pun menjadi tertarik membuat film tersebut, disatu sisi kita melihat bahwa Sunda Wiwitan sering mengalami tindakan diskriminasi akan tetapi mereka justru menjadi contoh terbaik dari permasalahan yang ada didaerahnya yaitu berkaitan dengan menjaga alam.
“Itulah sebabnya kami ingin berkontribusi untuk mengkampanyekan toleransi dan menjaga alam melalui pembuatan film,” pungkasnya.
Kegiatan Sajajar Fest 2023 ini selain pameran foto dan nonton bareng, ada juga penampilan kebudayaan dari Sunda Wiwitan dan diskusi keberagaman yang menghadirkan narasumber seorang Dosen dan Peneliti isu KBB Chotijah Fanaqi dan Koordinator Sajajar Usama Ahmad Rizal.