Tasikmalaya – Puluhan orang memperingati 14 tahun Haul mantan Presiden RI Abdurahman Wahid atau Gusdur di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (31/01/2024).
Mengusung tema “Meneladani Demokrasi Ala Gusdur” dihadiri langsung Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tasikmalaya Ami Imran Tamami. Selain itu giat ini diikuti berbagai kalangan, aktivis, komunitas Gusdurian dan santri.
Beragam rangkaian acara disajikan, dimulai dari tahlil kebangsaan, panggung hiburan, puisi kebangsaan, launching Gardu Pemilu, dan talkshow refleksi ala Gusdur.
Dalam talkshow tersebut, para narasumber memberikan gagasan serta pemikiran gusdur sebagai refleksi dalam berdemokrasi, terutama di momen pertarungan politik tahun 2024.
Menurut salah satu Alumni National University Of Singapore Institute juga, Ahalla Tsauro, stabilitas nasional itu bergantung pada kualitas demokrasi terbentuk, dimana ketika ada intelektual yang berfungsi untuk kemudian mengatur, mendiagnosa dan menjawab persoalan di masyarakat.
Ia menyampaikan, dua hal yang penting dalam meneladani demokrasi ala Gusdur. Yakni, demokrasi prosedural yanng merupakan tahapan dalam demokrasi, sementara substansial adalah isi dalam demokrasi itu sendiri.
Menurutnya, Gusdur sebagai tauladan memberikan pemahaman bagi masyarakat dalam memperjuangkan hak minoritas dan membuka pandangan tentang hak-hak semua warga negara dalam menjalani hidup, terutama dalam mengekspresikan diri.
“Sisi kebebasannya, sisi keberpihakannya itu menjadi parameter bagi kita untuk meneladani Gusdur dalam kebebasan berekspresi,” ungkap Ahalla.
Selanjutnya, Founder Komunitas Kuluwung Diwan Masnawi mengatakan, Gusdur merupakan seorang intelektual juga seorang aktvis. Oleh karena itu dalam nilai demokrasi yang harus kita tauladani adalah seorang aktivis harus bertanding melalui gagasan secara intelektual.
“Terlihat dari gerakan-gerakannya yang berpihak pada pihak yang dilemahkan. Konsennya pada ketidakadilan, kemiskinan, penindasan itu sangat kuat sekali. Dan Gusdur dibesarkan oleh keluarganya untuk tidak canggung bersentuhan dengan berbagai macam pengetahuan,” kata Diwan.
Koordinator Solidaritas Jaringan Antarumat dan Keberagamaan (Sajajar) Usama Ahmad Rizal menyampaikan, parameter keberhasilan demokrasi dapat terpenuhi melalui 3 hal. Pertama kedaulatan hukum, kedua pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) dan ketiga melalui paham Pluralisme.
Menurut Rizal, Gusdur sebagai bapak keberagaman sangat menghormati HAM sebagai qodrat manusia yang harus dihormati oleh setiap manusia.
“Betapa tidak, Gusdur sebagai bapak bangsa mampu menjaga hak setiap orang, setiap warga negara dalam beragama dan berkeyakinan sesuai dengan yang diyakini. Sehingga kita bisa berdiri di sini bisa berekspresi tanpa intimidasi,” Rizal.
Sementara itu sebagai penutup, Aktivis perempuan Dedeh Rahmi menyampaikan, hal terpenting dari demokrasi adalah pelaksanaan nilai-nilai dalam demokrasi. Seperti halnya demokrasi politik, demokrasi hukum dan keadilan sosial.
Sebagai perempuan, Dedeh Rahmi tertarik denga pemikiran gusdur tentang kesetaraan dan keadilan terutama bagi perempuan dalam mendapat hak yang sama. Karena, menurutnya, masih banyak anggapan bahwa perempuan dan lelaki itu tidak setara.
“Posisi dari kesetaraan dan keadilan dari setiap perempuan juga memiliki hak untuk berpolitik, bersosial, dan berjuang. Kita tahu, perempuan selalu mendapatkan problematika-problematika dalam memperjuangkan hak perempuan,” kata Dedeh.