Tasikmalaya – Warga Kota Tasikmalaya menemukan sebuah poster kritikan yang menempel di beberapa Dinas di Kota Tasikmalaya, kantor DPRD dan Balekota Tasikmalaya.
Poster yang berisi tulisan “PPKM BIKIN RAKYAT KELAPARAN PEMERINTAH KEMANA AJA” ditambah tulisan yang berlatar Plt. Walikota Tasikmalaya yang dipenuhi tulisan lainnya seperti, diam lapar gerak lapar, orang kaya WFH di hotel orang miskin di bredel.
Tulisan tersebut merupakan sebuah bentuk sindiran yang mengkritik kebijakan pemerintah terkait pemberlakuan PPKM, khususnya di Kota Tasikmalaya.
Dalam kenyataanya PPKM Darurat menimbulkan permasalahan baru di masyarakat terutama menurunnya sektor ekonomi dan juga beberapa sektor lainnya. Diketahui, sebelumnya ada beberapa kasus yang terjadi di Kota Tasikmalaya terkait kebijakan PPKM, mulai dari tindakan penertiban yang kurang humanis sampai hukuman yang tidak sesuai.
Menurut salah satu warga asal Cieunteng, berinisial ABS mengatakan tulisan ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah kota Tasikmalaya khususnya Plt Walikota Tasikmalaya yang hari ini semua lapisan masyarakat merasakan dampak negatif di berlakukannya PPKM.
“Terutama kami warga yang kurang mampu. PPKM kali ini beda dengan yang sebelumnya, tidak ada bantuan dan tidak ada sosialisasi sebelumnya. Sebenarnya bukan tidak ingin patuh pada aturan yang berlaku, tetapi kami pun perlu menyambung hidup, mungkin masyarakat lainnya merasakan hal yang sama,” katanya.
ABS mengatakan pemerintah harus mampu menemuka dan mengatasi dampak kebijakan PPKM yang di berlakukakn di Kota Tasikmalaya.
“Kami selaku masyarakat mengerti dengan situasi dan kondisi saat ini, apalagi pandemi covid-19 ini bukan hal yang baru, bahkan ini tidak akan berakhir dengan singkat. Tapi pemerintah daerah seharusnya mempersiapkan dampak yang akan terjadi sebelum kebijakan-kebijakan itu di berlakukan,” tutupnya.
Belum diketahui siapa yang membuat tulisan tersebut, titik sebaran tulisan yang tim redaksi gentrapriangan.com temukan, salah satunya di depan kantor kecamatan Cihideung, daerah Kawalu, Cipedes, dan Tawang.