Politik dan Ancaman Intoleransi

- Penulis

Senin, 11 Februari 2019 - 17:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tasikmalaya – Jamaah Ahmadiyah bersama Forum Bhinneka Tunggal Ika Tasikmalaya menyelenggarakan Diskusi Publik “Politik dan Ancaman Intoleransi”, bertempat di Balai Pertemuan Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Minggu (10/02/2019)

Politik identitas sering sekali digunakan dalam kontestasi politik elektoral beberapa tahun terakhir, dan berpotensi akan semakin massif jika tak ditangani sejak dini. Politisasi agama maupun identitas etnik harus diperangi bersama demi menjaga kekayaan keberagaman yang selama ini dimiliki Indonesia. Menjelang pesta demokrasi d Iindonesia, ruang publik sudah dipenuhi oleh
kebencian, caci maki yang berhubungan erat dengan rasisme, perbedaan agama,dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, seluruh elemen bangsa diminta
agar terus menjaga kekayaan keberagaman.

Ketua GP Ansor Jawa Barat, Deni Ahmad Haidar dalam paparannya menyampaikan, puncak politik tertinggi di Indonesia adalah terbentuknya NKRI.

“Indonesia harus dipelihara dengan baik”, kata Deni.

Menurutnya, Indonesia kini dibagi menjadi dua, yakni dunia nyata dan dunia maya.

“Keributan dalam kontestasi politik ujian bagi kita dan PR kita untuk semakin memperkokoh NKRI. Kontestasi politik harus dihadapi dengan riang gembira, lebih rasional”, ujarnya.

Baca Juga :  Banyak Persoalan Hukum, Peradi Tasikmalaya Adakan Paralegal

Sementara itu, Juru Bicara Jamaah Ahmadiyah Indonesia, Yendra Budiana mengajak, kita harus mencapai standar tertinggi terhadap kecintaan dan kesetiaan kita terhadap NKRI.

“Sebuah keharusan untuk mencintai bangsanya sendiri. Seorang Muslim sejati mana mungkin akan mengkhianati tanah airnya”, tuturnya

Yendra mengungkapkan, Ahmadiyah secara organisasi tidak berpolitik praktis, namun dalam hal pemilu Ahmadiyah tidak mengenal sistem golput.

“Ahmadiyah tetap setia pada demokrasi dan pemerintahan. Marilah jadi warga negara yang taat hukum, dan mari sukseskan pemilu 2019 dengan tidak golput”, tandasnya

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amin Mudzakir menerangkan tentang faktor munculnya intoleransi, yaitu adanya perasaan terancam mengenai isu orang lain, fanatisme keagamaan, dan faktor media sosial.

“Daerah-daerah yang secara historis berbasis ingatan Islam politik mudah sekali terpapar berita hoax, mimpi negara Islam, politik digunakan sebagai kepentingan mereka. Kita harus melakukan politik untuk menangkal itu semua. Golput bukan solusi, partisipasi politik itu penting”, jelasnya.

Baca Juga :  Dedi Mulyadi Jadi Bacaleg Gerindra Usai Mundur Dari Partai Golkar

Ketua PERADI Tasikmalaya, Andi Ibnu Hadi mempertanyakan letak fatwa MUI ada dimana? Namun keadaannya sangat sentral, dan kadang fatwa-fatwanya menjadi ancaman kebebasan untuk beragama dan berkeyakinan. Seperti fatwa sesat terhadap Wahidiyah dan Ahmadiyah.

“Fatwa MUI menjadi sangat sentral bahkan mengesampingkan aturan tertinggi UU. Peran dan fungsi partai politik, parpol seharusnya memberikan pendidikan politik sehingga masyarakat menjadi terbuka. Parpol seharusnya mensosialisasikan mengenai ideologi bangsa”, katanya.

Ketua Forum Bhinneka Tunggal Ika Tasikmalaya, Asep Rijal, berpendapat, intoleransi difasilitasi oleh pemerintah daerah, fatwa MUI dan kebijakan-kebijakan politik yang berpihak krpada berbagai kelompok.

“Wakil rakyat seharusnya menjadi garda terdepan untuk dapat berdiskusi, ruang-ruang kebersamaan itu harus tetap terjaga. Satu bangsa, satu bahasa, tapi tidak satu agama”, tuturnya.

Pembicara terakhir, Kapolres Tasikmalaya yang diwakili oleh Kasat Binmas AKP Ucu Juhana meminta masyarakat dan kepolisian harus adanya simbiosis mutalisme, harus mengayomi, harus melayani, harus membantu.

“Polisi hadir kepada masyarakat, menciptakan kenyamanan”, ungkapnya.

Berita Terkait

Selain Imbau Peserta Pemilu Taati Aturan Masa Kampanye, Panwas Cibiuk Perkuat Sinergitas Antar Lembaga
Keberhasilan Pemilihan Umum dan Peranan Strategis Desa sebagai Mitra Penggerak
Dongkrak Suara PSI di Garut, Imam Fatoni Fokus Layani Masyarakat
Ganjar Pranowo: Manfaatkan Teknologi untuk Mendekati Kaum Milenial
Dedi Mulyadi Bergabung, Gerindra Tasik Optimis Bisa Dongkrak Elektabilitas Partai
Dedi Mulyadi Jadi Bacaleg Gerindra Usai Mundur Dari Partai Golkar
Rekapitulasi DPSHP, Terjadi Peningkatan Data
Aksi Sawer Duit, IPNU Garut: Edukasi Tidak Mendidik Bagi Iklim Politik
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 2 Desember 2023 - 21:22 WIB

Longsor Terjadi di Jalan Banjarwangi Garut Selatan

Jumat, 1 Desember 2023 - 13:31 WIB

Pemdes Sukahurip Dorong Peningkatan Indeks Desa Membangun Melalui Pelatihan Budidaya Jamur Tiram

Jumat, 1 Desember 2023 - 10:37 WIB

Generasi Muda Tunjukkan Keberagaman Inklusif Lewat Film Dokumenter

Rabu, 29 November 2023 - 15:25 WIB

Sajajar Perkuat Toleransi Lewat Pameran Foto dan Nobar Film Dokumenter

Rabu, 29 November 2023 - 14:40 WIB

Selain Imbau Peserta Pemilu Taati Aturan Masa Kampanye, Panwas Cibiuk Perkuat Sinergitas Antar Lembaga

Sabtu, 25 November 2023 - 15:23 WIB

Rumah Makan Pejuang Program Inisiatif Bantu Sesama

Senin, 20 November 2023 - 19:06 WIB

Pemberdayaan Pemuda Untuk Resolusi Konflik

Kamis, 16 November 2023 - 17:58 WIB

Tim U17 Indonesia Bertekad Tembus 16 Besar

Berita Terbaru

Harun Pria (kanan), Warmini (kiri) Pasangan lansia penjual kandang ayam asal kampung Cimaung Kidul, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut.

Sosial

Pilu Pasangan Lansia Penjual Kandang Ayam

Senin, 4 Des 2023 - 17:01 WIB

Kondisi jalan yang terdampak longsor di kawasan Lawang Angin, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut

Berita

Longsor Terjadi di Jalan Banjarwangi Garut Selatan

Sabtu, 2 Des 2023 - 21:22 WIB