Pesan Kurban, Solidaritas Sosial dan Berbagi Kepemilikan

- Penulis

Rabu, 5 Juli 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gentrapriangan- Daging merupakan protein yang menjadi perburuan manusia sejak purba. Di zaman pemburu-pengumpul, daging menjadi sumber hidup utama, sebelum kemudian manusia bergantung setengahnya pada biji-bijian dan kemudian manusia banyak makan buah dan dedaunan.

Bapak penganut “ajaran lurus” (Ibrahim), selain berhasil merevolusi pengetahuan sesembahan yang esa, juga punya obsesi untuk melakukan perbaikan hidup keluarganya. Karena asasinya keluarga tak terpisah dengan urusan tetangga (masyarakat) usaha perbaikan pun selalu berkait dengan kesadaran tentang berbagi. Peruntukannya untuk manusia sebagai bukti loyalitas kepada Tuhannya.

Protein adalah sumber hidup utama yang bahkan kala itu susah mendapatkannya. Zaman lampau urusan hidup terkonsentrasi pada urusan pangan (karena mereka nomad). Maka daging adalah urusan mahal yang kalau untuk kurban bermakna besar pada diri manusia. Mengorbankan untuk yang lain dibentuk. Panjang perjalanan hidup masyarakat di kemudian hari membentuk “proyek kebatinan” yang manusiawi. Bahasa modernnya adalah altruis.

Nabi Muhammad mewarisi altruisme ( untuk berbagi kebahagiaan dengan kebiasan dua dombanya “kurban” lalu membagi pada tetangga dengan target utama pada kaum miskin sengsara). Empati digelorakan Nabi Muhammad pada target menciptakan kebahagiaan dengan zakat fitrah sebelum sholat Ied.

Baca Juga :  OPINI: Mahasiswa Vs UKT di Tengah Pandemi Covid-19
Pesan Kurban

Pesan kurban adalah membagi hal yang berat. Daging adalah sejarah literal untuk solidaritas sosial. Maka, baik juga pesan-pesan yang berbicara pentingnya sedekah saat idul kurban ini dalam bentuk santunan lain. Sebab jika pengorbanan hanya fokus pada urusan daging, kita bisa mereduksi kebijaksanaan dari ajaran mulia agama. Makna harus diperluas agar kita mencapai derajat hidup yang berkualitas. Empati dan altruisme bisa kita lakukan dengan semangat mengorbankan kepemilikan (jenis lain) kepada orang lain yang kekurangan.

Baca Juga :  Yayan Sopyani: Kasih Sayang Bagian dari Hak Anak

Hal yang perlu diingat adalah bahwa kepemilikan atau rasa memiliki itu didominasi oleh unsur keserakahan. Bahkan kepemilikan untuk sendiri identik dengan sikap serakah. Dan keserakahan dalam sejarah masyarakat maupun pada individu merupakan kontributor kerusakan hidup manusia dan kerusakan alam.

Pesan Kurban semangat menyembelih ego, menemui orang lain yang kekurangan, membagi protein. Membagi kepemilikan berharga barang lain juga bagian dari ajaran mulia agama abrahamik.

Penulis: Ramlan Gumilar, Ketua DPD PSI Kab. Garut

Berita Terkait

Pemilu dan Kesejahteraan Rakyat: Keterkaitan yang Tidak Boleh Dipisahkan
Keberhasilan Pemilihan Umum dan Peranan Strategis Desa sebagai Mitra Penggerak
Yayan Sopyani: Kasih Sayang Bagian dari Hak Anak
Liliwetan, Cara Nikmat Memaknai Kebhinnekaan dan Kebersamaan
Harapan pada Jargon Badan Pengawas Pemilu
Pengawasan Pemilu oleh Perempuan
Politisasi Ayat Agama dan Penyebabnya
Lakpesdam PC NU Garut: Politisasi Agama Sebagai Alat Politik
Berita ini 34 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 2 November 2023 - 20:06 WIB

Pemilu dan Kesejahteraan Rakyat: Keterkaitan yang Tidak Boleh Dipisahkan

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 20:48 WIB

Keberhasilan Pemilihan Umum dan Peranan Strategis Desa sebagai Mitra Penggerak

Selasa, 25 Juli 2023 - 13:09 WIB

Yayan Sopyani: Kasih Sayang Bagian dari Hak Anak

Rabu, 5 Juli 2023 - 11:08 WIB

Pesan Kurban, Solidaritas Sosial dan Berbagi Kepemilikan

Sabtu, 17 Juni 2023 - 19:51 WIB

Liliwetan, Cara Nikmat Memaknai Kebhinnekaan dan Kebersamaan

Berita Terbaru

Tugu Tugu di Kota Tasikmalaya (Foto: Istimewa)

Cek Fakta

Menelusuri Jejak Sejarah Lewat Tugu Ikonik Tasikmalaya

Minggu, 7 Jul 2024 - 10:17 WIB