Perlu Gak Sih Melatih Anak Membaca Sejak Dini ?

- Penulis

Senin, 26 Agustus 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ada pepatah mengatakan : Buku adalah jendela ilmu. Hmmm, kira-kira maknanya apa ya?

Pada Jum’at, 23 Agustus 2019 yang lalu saya berkesempatan untuk mengikuti KulWap (Kuliah WhatsApp) bertemakan “Membaca Sejak Dini” dengan narasumber Gita Kusuma Rahayu. Sang narasumber memaknai pepatah tersebut kurang lebih seperti ini, ” Buku itu kaya informasi, entah itu positif maupun negatif. Buku itu seperti ilmu yang terawetkan. Kalau pepatah bilang ‘jendela’, artinya kalau mau ilmunya, jendelanya mesti dibuka. Ya, berarti bukunya harus dibaca.”

Oh iya, sudah pernah search di Mbah Google dengan kata kunci ‘minat membaca di Indonesia’ ? Kalau belum, yuk dicoba. Apa yang kita dapatkan dari Mbah Google? Pasti akan muncul betapa rendahnya minat baca orang Indonesia.

Berbagai sumber mengatakan bahwa minat baca Indonesia berada di urutan nomor 2 paling bawah dari 61 negara. Bahkan data yang disampaikan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menyatakan bahwa 90% orang Indonesia lebih suka menonton tv daripada membaca. Jika jumlah penduduk Indonesia kurang lebih mencapai 262 juta jiwa, artinya ada 235.800.000 orang yang tidak minat membaca. Duh, kok sedih banget ya… 🙁

Kenapa sih minat membaca orang Indonesia rendah? Kantor Perpusnas RI mengatakan ada 3 alasan utama mengapa minat membaca orang Indonesia rendah yaitu :

1. Aksebilitas buku di Indonesia masih rendah.
2. Kebanyakan masyarakat Indonesia tidak dididik untuk gemar membaca.
3. Harga buku di Indonesia masih tergolong mahal.

Aduh, ternyata salah satu akar permasalahannya bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia tidak dididik untuk gemar membaca. Hmmmm…jadi ini kaitannya dengan tema KulWap yaitu ‘Membaca Sejak Dini’ .

“Adakah yang pernah mendengar sebuah pernyataan bahwa _anak tidak melakukan apa yang orangtua perintahkan, tapi apa yang orangtua lakukan_ ?” ucap Sang Narasumber. Ternyata oh ternyata, pembiasaan anak-anak untuk membaca perlu contoh dari orangtuanya lho…

Baca Juga :  Dinas PPPA Garut: Video Porno Memicu Kekerasan Seksual pada Anak

Oh iya, minat membaca masyarakat Indonesia yang rendah juga disebabkan gadget-gadget masa kini yang makin canggih lho… Masa iya sih? Bener gak sih begitu ?

” Mari kita renungkan,apakah kemajuan teknologi membuat kita begitu acuh dengan anak yang belum genap 5 tahun atau bahkan belum genap 2 tahun terpaku memegang smartphone? Sampai-sampai dipanggil aja gak mau nengok. Begitu bangganyakah kita melihat balita sudah bisa membuka password key hp bundanya? Generasi apakah yang sedang kita bentuk saat ini? Ditengah arus informasi dan teknologi kian canggih? ” ungkap Sang Narasumber.

Ckckck, jadi apa yang mesti kita lakukan ya? Kalau kata Ibu Narasumber sih, yuk mulai dari diri sendiri dan rumah sendiri. Yuk, tanamkan minat membaca pada diri sendiri dan lingkungan rumah, terutama pada anak-anak. Eh, tunggu dulu… tapi kan anak-anak masih terlalu kecil untuk diajarkan membaca buku? Kayaknya belum perlu deh kalau anak-anak diajak gemar membaca, nanti aja kalau udah sekolah !! Nanti si anak merasa berat !! Hoho, kata siapa? Mendidik anak-anak untuk gemar membaca bisa dilakukan sejak dini lho… Sejak 0 bulan, bahkan sejak berada dalam kandungan !!

Ada tips dari Ibu Narasumber nih, tentang gimana sih caranya mengenalkan buku pada anak, yuk diintip …

1. Mulai sedini mungkin

Membacakan cerita pada anak bisa kita mulai dari usia 0 tahun. Bahkan sejak dalam kandungan. Ingat, setiap bayi terlahir fitrah.Fitrah itu suci.Fitrah itu suka kebaikan. Apakah membaca itu baik? Tentu baik.Selama yang dibacakan adalah yang baik dan bermanfaat.

2. Sediakan Tools

Di era modern seperti sekarang ini tools edukasi untuk anak sudah banyaaaaak banget. Tapi Narasumber kita ini berpendapat bahwa buku adalah tools edukasi yang abadi.Kenapa ? Ya, meski kesannya jadul dan boring baca buku. Jangan salah, efeknya sangat amat nyata. Narasumber mengajak seluruh peserta KulWap, terutama yang sudah memiliki anak untuk mulai menyediakan buku-buku sederhana pada anak. Mulai saja dulu dengan yang bahasanya sederhana. Misal, satu halaman hanya berisi satu kalimat. Seiring berjalannya waktu, bisa ditingkatkan level bukunya.

Baca Juga :  Hari Penglihatan Sedunia, Berikut 3 Keluhan Utama Pengguna Kacamata

3. Luangkan Waktu

Nah, ini nih kunci dari semuanya. Bukunya ada, tapi orangtuanya tidak meluangkan waktu untuk anak.
” Buku udah banyak, numpuk di rumah. Anak sayanya bosenan. Banyak yang bilang begitu. Yang jadi pertanyaan, buku yang udah dibeliin terus dibiarin aja? Anak-anak mesti dibersamai ketika membacanya lho… Mereka bukan bosenan, tapi butuh didampingi.” begitu ungkap Sang Narasumber.

4. Sisihkan budget untuk buku anak

Kalau yang ini sih, sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan saja ya. Hehe… Minimal setiap bulan ada satu buku yang kita belikan untuk anak.

Maksa banget sih nyuruh anak kecil baca buku !! Eitsss, anak balita tidak baca teks ya, tapi baca gambar yang didampingi orangtua. Ingat ya, bukan berarti memaksakan anak-anak bisa membaca, tapi mendorong anak untuk gemar membaca, yang pada akhirnya akan membentuk _karakter gemar belajar._

Wah, gimana nih? Sudah tergerak hatinya untuk meningkatkan minat membaca dari diri sendiri dan melatih anak gemar membaca sejak dini?

Artikel ini saya tulis bukan untuk menggurui ya Ayah-Bunda. Saya hanya sekedar sharing dari apa yang telah saya dapatkan. Sayang kan, kalau dapat ilmu tapi gak dibagi-bagi? Hehe.. Semoga bermanfaat bagi Ayah-Bunda untuk mengaplikasikannya pada sang buah hati dan juga semoga bermanfaat bagi kita muda-mudi di masa depan nanti.

Berita Terkait

Pemilu dan Kesejahteraan Rakyat: Keterkaitan yang Tidak Boleh Dipisahkan
Keberhasilan Pemilihan Umum dan Peranan Strategis Desa sebagai Mitra Penggerak
Yayan Sopyani: Kasih Sayang Bagian dari Hak Anak
Pesan Kurban, Solidaritas Sosial dan Berbagi Kepemilikan
Liliwetan, Cara Nikmat Memaknai Kebhinnekaan dan Kebersamaan
Harapan pada Jargon Badan Pengawas Pemilu
Pengawasan Pemilu oleh Perempuan
Politisasi Ayat Agama dan Penyebabnya
Berita ini 12 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Kamis, 2 November 2023 - 20:06 WIB

Pemilu dan Kesejahteraan Rakyat: Keterkaitan yang Tidak Boleh Dipisahkan

Sabtu, 28 Oktober 2023 - 20:48 WIB

Keberhasilan Pemilihan Umum dan Peranan Strategis Desa sebagai Mitra Penggerak

Selasa, 25 Juli 2023 - 13:09 WIB

Yayan Sopyani: Kasih Sayang Bagian dari Hak Anak

Rabu, 5 Juli 2023 - 11:08 WIB

Pesan Kurban, Solidaritas Sosial dan Berbagi Kepemilikan

Sabtu, 17 Juni 2023 - 19:51 WIB

Liliwetan, Cara Nikmat Memaknai Kebhinnekaan dan Kebersamaan

Berita Terbaru

Tugu Tugu di Kota Tasikmalaya (Foto: Istimewa)

Cek Fakta

Menelusuri Jejak Sejarah Lewat Tugu Ikonik Tasikmalaya

Minggu, 7 Jul 2024 - 10:17 WIB