Garut – Perjuangan untuk menghidupi keluarga tak dibatasi oleh waktu dan usia, Edi (80) pria tua asal Samarang Awi, Kabupaten Garut rela pundaknya memikul 2 lemari yang beratnya hampir 20 kilogram.
Setiap harinya kakek itu tetap harus bergegas ke pusat kota untuk menjualnya. Tak hanya pusat kota, ia juga berkeliling ke tiap – tiap perkampungan yang jaraknya pun tidak dekat dari rumah.
Dengan kondisi tubuh yang sudah ringkih namun ia tak mengenal apa itu perih.
Edi mengatakan dirinya tinggal bersama istri dan anak, berjualan dari sejak tahun 1965, ia tidak mampu melakukan pekerjaan yang lain karena tidak adanya modal.
“Abah icalan ti tahun 65 tos aya kana 30 tahunan, Abah ngan tiasa damel kieu nya di lakonan we, kusabab padamelan nu sejen da modal na teu aya,” ujar Edi
Kemudian ia berada di lingkungan keluarga yang tidak mampu, mempunyai 6 anak, 3 anak sudah rumah tangga, 3 anak lagi masih remaja.
Yang seharusnya masih menempuh jenjang pendidikan, keenam anaknya itu tidak bersekolah karena kondisi orang tua yang tidak mampu membiayai.
“Keluarga abah mah sadayana kirang mampu, kangge tuang sadidinten oge sesah ,gaduh putra 6 sadayana teu kabiaayan sakolana,” pungkasnya
Ia menjelaskan bahwa dirinya hanya sebagai penjual, bukan pemilik asli lemari itu.
“Abah mah ngan ngical hungkul, nu gaduh na mah aya benten dei,” ujar Edi kepada gentrapriangan.com minggu (26/03/2023).
Ketika berjualan, ia kesulitan menemukan konsumen bahkan sampai 3 hari berturut – turut belum juga ada barang dagangannya yang terjual.
“Ah kieu we ieu ge tos tilu dinten teu acan aya nu ngagaleuh hiji hiji acan,” pungkasnya.
Namun Edi mempunyai prinsip selagi dirinya belum diambil nyawa oleh sang maha kuasa, ia tetap keras dalam bekerja demi anak istri bahagia.
“Salagi abah can dipundut kunu maha kawasa mah abah moal ereun merjuangkeun, ikhtiar, usaha sateker kebek sangkan ngabagjakeun anak sareng pun bojo,” ujarnya