Tasikmalaya – Payung geulis merupakan identitas Tasikmalaya yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudritek) RI.
Payung geulis sendiri pada mulanya diproduksi pada sekitar tahun 1930-an oleh salah seorang tokoh masyarakat bernama H Muhni yang bertempat tinggal di Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya.
Pada mulanya, H Muhni sang pencipta payung geulis sendiri, menciptakan payung ini dengan berbahan dasar kertas karena untuk digunakannya pergi ke ladang saat cuaca sedang terik.
Tidak disangka, payung kertas buatan H Muhni ini menginspirasi banyak tetannganya untuk membuat payung serupa. Dengan banyaknya peminat tersebut lantas menjadikan H Muhni berfikir untuk menjadikan kerajinan ini sebagai komoditas usaha.
Dari sanalah payung geulis di produksi secara berkala oleh warga di Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya.
Namun disisi lain, ada juga yang menyebutkan jika payung geulis ini menjadi primadona noni-noni Belanda pada sekitar tahun 1926, pada masa itu payung ini dibuat dengan bahan kertas atau kain.
Uniknya, meski payung ini dibuat dari bahan kertas dengan rangka bambu dan di rapikan dengan kanji, payung ini bisa menjadi alat pelindung kita ditengah hujan lebat, atau bahkan sangat memungkinkan bagi kita untuk terlindung dari teriknya matahari.
Pada proses pembuatan payung geulis, rangka payung terbuat dari bambu, kemudian setelah terbentuk rangka dilanjutkan dengan pemasangan kain dan kertas, kemudian selanjutnya dirapikan dengan menggunakan kanji, setelah itu rangka pada payung geulis diberikan aksen benang dengan warna yang beragam proses ini biasa dikenal dengan istilah ngarawat.
Pembuatan payung geulis tidak cukup sampai ngarawat saja, dalam pembuatan krajinan ini sangat tergantung dengan intensitas cahaya matahari, karena langkah selanjutnya, payung ini harus dijemur hingga mengeras, setelah dijemur baru payung ini diberi warna dan dilukis dengan motif bunga.
Proses pembuatan payung geulis sangatlah memakan waktu yang panjang, karena semua pekerjaan yang dilakukan harus manual dengan mengandalkan tangan dan dukungan sinar matahari langsung.