Sosok panutankanku adalah Nabi Muhammad SAW. Beliaulah yang telah membawa umat manusia dari kegelapan ke dalam cahaya. Apa jadinya jika Allah Ta’ala tidak mendatangkan sosok seperti beliau ke dunia ini? Mungkin umat manusia akan tetap berada dalam kegelapan.
Masa muda beliau SAW dilewatkan dalam kesendirian. Menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat seperti: mabuk-mabukan, main perempuan, atau bahkan berkata bohong pun beliau tidak pernah lakukan. Sehingga para pemuka bangsa Arab pada masa itu, memberikan sebuah julukan kepada beliau sebagai seorang yang jujur (Al-Amin).
Beliau tidak hanya jujur dalam berkata dan berperilaku, namun seorang pemuda yang mandiri, tahan uji, dan tidak cengeng. Sifat yang sangat jarang dimiliki oleh para pemuda pada masa kini, yang bisanya cuma mendahulukan gaya padahal uang hasil minta dari orang tua.
Pemuda adalah tulang punggung bangsa dan Nabi Muhammad SAW telah memberikan teladan dalam hal ini. Bukti bahwa beliau telah memberikan kontribusi untuk bangsa Arab yakni: mengajak para pemuka agama untuk hidup saling menghormati supaya timbul rasa toleransi dalam diri. Dan itu telah beliau contohkan langsung dalam peristiwa peletakan batu Hajar Aswad. Siapa yang tidak tahu peristiwa ini?
Ketika para kabilah Quraisy begitu sangat fanatik, merasa paling baik dalam hal kebaikan. Sehingga untuk meletakkan Hajar Aswad saling berebut merasa paling pantas untuk meletakkannya. Namun tidak ada satupun yang berani meletakkannya, karena jika ada satu kabilah yang berani untuk meletakkan Hajar Aswad ini, kabilah yang lain iri hati.
Maka terjadilah kegusaran di antara para pemuka Arab pada masa itu, akan tetapi di saat tengah terjadi perbedaan sengit, seorang tokoh terkemuka Abu Umayyah bin Al-Mughirah Al-Makhzumi mendapatkan ilham dan berkata: “Wahai Quraisy, jadikanlah seorang yang pertama kali masuk masjid menemui kalian sebagai penengah di antara kalian.”
Dan Rasulullah SAW-lah orang yang pertama kali datang menemui mereka. Tanpa pikir panjang para pemuka Quraisy setuju, karena mereka tahu bahwa beliau SAW adalah seorang pemuda yang jujur.
Akan tetapi Rasulullah SAW tidak mau meletakkan batu Hajar Aswad itu seorang diri, melainkan beliau SAW menginginkan meletakkannya secara bersama-sama dengan para pemuka dari berbagai kabilah. Akhirnya, Batu Hajar Aswad diletakan secara bersama-sama, menggunakan kain yang dipegang ujungnya oleh setiap pemuka Quraisy.
Nah, ini merupakan salah satu contoh teladan dari Rasulullah SAW kepada kita, dalam bersikap toleran. Dan semua orang Muslim pasti mengetahui peristiwa itu. Namun seiring berjalannya waktu, apa yang telah Rasulullah SAW contohkan tersebut sangat sedikit sekali yang mau mengamalkannya. Apakah karena ego dalam diri atau seperti apa? Yang jelas banyak terjadi pertumpahan darah dengan mengatasnamakan Islam.
Masih banyaknya orang Islam yang mau diadu domba, terutama para pemuda di negeri ini yang rela diadu domba oleh suatu hal yang sepele, seperti yang baru-baru ini terjadi di Sukabumi, seorang pelajar SMK tewas mengenaskan lantaran terlibat tawuran. Kejadian itu dipicu akibat saling tantang antara kedua sekolah di media sosial.
Belum lagi di Jakarta beberapa hari kebelakang, seperti telah dilansir oleh harian Kompas, tiga siswa ditangkap Polsek Koja lantaran terlibat tawuran. Dan parahnya korban mengalami luka berat akibat serangan senjata tajam. Mau sampai kapan terus seperti ini? Bukankah semua agama melarang untuk menumpahkan darah?
Jujur saya sangat prihatin atas terjadinya peristiwa tersebut, sekaligus berbelasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.
Mari kita isi, sisa usia kita dengan hal-hal yang memberikan dampak yang bermanfaat bagi orang di sekitar kita. Sebagaimana Rasulullah SAW bermanfaat di waktu masih hidup bahkan setelah meninggal pun masih memberikan manfaat.