Gentra- Candi Cangkuang adalah sebuah situs candi yang terletak di desa Cangkuang, kecamatan Leles, Garut. Merupakan candi Hindu peninggalan abad ke-8 yang terletak di tengah danau yang sangat indah. Meski demikian, mitos Candi Cangkuang Garut menyimpan banyak misteri
Untuk menuju ke Candi Cangkuang, Anda harus menyeberangi danau dengan perahu kayu tradisional atau sampan. Setelah itu, Anda bisa melihat candi yang terletak di tengah pulau kecil.
Di sekitar candi, Anda juga bisa menikmati keindahan alam sekitarnya, seperti sawah, perbukitan, dan sungai. Selain itu, ada juga beberapa fasilitas pendukung seperti warung makan dan toilet.
Untuk masuk ke Candi Cangkuang, Anda harus membayar tiket masuk sekitar Rp 10.000 per orang. Namun, harga tiket tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kebijakan pengelola.
Kepercayaan Masyarakat Cangkuang Terhadap Mitos
Masyarakat sekitar Candi Cangkuang memiliki kepercayaan yang masih sangat kental dengan budaya Hindu. Mereka menganggap Candi Cangkuang sebagai tempat suci yang memiliki nilai historis dan spiritual yang sangat penting.
Beberapa tradisi keagamaan yang masih lestari dan eksis sebagai rutinitas masyarakat sekitar candi. Seperti upacara Ngarot yang rutin setiap tahun pada bulan Syawal.
Upacara ini bertujuan untuk memperingati kedatangan para leluhur yang menurut keyakinan masyarakat sekitar tinggal di sekitar candi.
Selain itu, ada juga tradisi Meukeusik Candhi atau mengusap candi yang dilakukan oleh para peziarah yang datang berkunjung ke Candi Cangkuang. Mereka mengusapkan air dari sumber suci yang terdapat di sekitar candi ke bagian-bagian candi yang dianggap suci.
Namun, meskipun masyarakat sekitar candi masih memegang teguh kepercayaan dan tradisi Hindu, mereka juga sangat terbuka dengan keberagaman agama dan budaya yang ada di Indonesia. Sehingga, Candi Cangkuang juga menjadi tempat melancong yang ramai oleh wisatawan dari berbagai agama dan budaya.
Mitos yang Beredar di Masyarakat
Terdapat beberapa mitos yang berkembang di masyarakat sekitar Candi Cangkuang, di antaranya adalah:
1. Mitos tentang Sungai Cikunir. Konon, sungai yang mengalir di sekitar Candi Cangkuang ini dulunya adalah sungai yang sangat besar dan deras. Namun, karena adanya keberadaan candi, air sungai ini menjadi tenang dan tidak berbahaya lagi.
2. Mitos tentang Sumber Suci. Ada sebuah sumber air suci yang terdapat di sekitar Candi Cangkuang. Konon, air dari sumber ini memiliki kekuatan magis yang bisa memberikan berkah dan keberuntungan bagi siapa saja yang meminumnya atau mengusapkannya ke bagian-bagian candi.
3. Mitos tentang Candi yang Tenggelam. Dikisahkan bahwa di dalam danau tempat Candi Cangkuang berada, terdapat sebuah candi lain yang dulunya berdiri di atas permukaan danau. Namun, karena adanya kutukan atau karena sesuatu hal, candi tersebut akhirnya tenggelam ke dalam danau dan tidak pernah ditemukan lagi.
Meskipun hanya mitos, kepercayaan ini turut memperkaya cerita dan sejarah Candi Cangkuang, serta menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi situs candi ini.
Larangan di Candi Cangkuang
Beberapa larangan yang ada di Candi Cangkuang terkait dengan mitos atau kepercayaan yang berkembang di masyarakat sekitar candi, di antaranya adalah:
1. Larangan membawa makanan atau minuman ke dalam area candi. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa makanan atau minuman yang terbawa ke dalam area candi dapat mengganggu energi atau keberkahan yang terkandung di dalam situs candi.
2. Larangan mengambil air dari sumber suci di sekitar candi untuk kepentingan yang tidak baik atau untuk tujuan yang buruk. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa sumber suci tersebut memiliki kekuatan magis. Menghormatinya sebuah keharusan dan penyalahgunaannya menjadi kesalahan.
3. Larangan memotret atau mengambil gambar dengan posisi yang tidak pantas di sekitar candi. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa harus hormat terhadap tempat sunci seperti candi, dan tidak boleh juga sebagai objek foto yang merusak nilai kehormatan.
Meskipun larangan-larangan tersebut berkaitan dengan mitos atau kepercayaan yang berkembang di masyarakat sekitar Candi Cangkuang, para pengunjung tetap harus menghormati dan mematuhi aturan tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap situs candi suci dan memiliki nilai sejarah yang tinggi.