Meresapi Hentakan Irama Gondang Buhun Ciamis

- Penulis

Senin, 15 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejumlah perempuan menghentakan alu pada lisung dalam keseniang Gondang Buhun di Ciamis. (Source: Disparbud Ciamis)

i

Sejumlah perempuan menghentakan alu pada lisung dalam keseniang Gondang Buhun di Ciamis. (Source: Disparbud Ciamis)

Ciamis – Tidak banyak orang muda yang tahu, dahulu, sebelum ada mesin penggilingan padi, orang tua kita menggunakan alu sebagai alat penumbuk padi yang dihentakan pada lisung. Tumbukan alu itu kemudian memisahkan gabah padi dan beras.

Di kabupaten Ciamis, Jawa Barat, penggunaan alu dan lisung tidak hanya sebagai alat penumbuk semata. Lebih dari itu hentakan alu pada lisung menjadi alunan irama instrumental yang dinamakan kesenian Gondang Buhun.

Kesenian ini lebih dari sekadar musik pengiring, ia adalah denyut kehidupan, doa syukur, dan warisan leluhur yang terus digemakan hingga kini.

Berbeda dengan gamelan atau angklung, Gondang Buhun tak menggunakan instrumen metal. Alat musik utamanya adalah lisung dan alu yang dimainkan oleh para perempuan.

Di tangan para perempuan yang terampil itu, lesung dan alu bukan lagi sekadar peralatan pertanian, melainkan alat musik yang menghasilkan irama unik dan syahdu.

Suara hentakan alu pada lisung bak irama kekompakan, diselingi dentingan kentung dan gong yang menambah kedalaman bunyi.

Baca Juga :  Angin Puting Beliung di Ciamis Menyapu Puluhan Rumah Warga

Iringan musik ini semakin merdu dengan lantunan kakawihan (syair) yang dinyanyikan bersama oleh para pemain.

Syair-sair kakawihan ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari, panen padi, pujian kepada Dewi Sri (Dewi Padi), hingga ajaran moral luhur.

Secara historis, Gondang Buhun konon berasal dari abad ke-6, warisan Ki Ajar Sukaresi, seorang pandita dari Kerajaan Galuh. Kesenian ini tak sekadar hiburan, melainkan ritual sakral yang berhubungan dengan kepercayaan Sunda Wiwitan sebelum masuknya agama Hindu dan Islam. Ritual ini bertujuan untuk menghormati Dewi Sri dan memohon berkah panen yang melimpah.

Seiring perjalanan waktu, Gondang Buhun tidak lagi hanya dimainkan saat upacara ritual, tetapi juga ditampilkan dalam berbagai acara adat dan festival budaya.

Kesenian ini menjadi simbol identitas masyarakat Ciamis dan berperan penting dalam menjaga kelestarian warisan budaya leluhur.

Pesona yang Melintasi Generasi

Menyaksikan pertunjukan Gondang Buhun bukan hanya menikmati keindahan musiknya, tetapi juga merasakan irama kehidupan masyarakat Ciamis.

Baca Juga :  12 Ekor Kukang Jawa Dilepasliarkan di Cagar Alam Nusa Gede Panjalu Ciamis

Para pemain melantunkan kakawihan dengan penuh khidmat, gerakan tangan mereka menumbuk alu begitu luwes dan harmonis, seolah sedang berdialog dengan tanah dan alam.

Kesenian ini juga menjadi jembatan penghubung antar generasi. Para sesepuh mengajarkan teknik bermain Gondang Buhun kepada anak muda, memastikan warisan ini tak lekang ditelan zaman.

Tak jarang, di sela-sela latihan, para sesepuh juga menceritakan mitos dan legenda yang terkait dengan Gondang Buhun, memperkaya pemahaman generasi muda tentang akar budaya mereka.

Gondang Buhun adalah lebih dari sekadar kesenian. Ia adalah denyut nadi, doa syukur, dan warisan leluhur yang terus digemakan.

Irama lesung dan alu tak hanya menghibur, tetapi juga mengajak kita menyelami kedalaman budaya Ciamis, memahami falsafah hidup yang terkandung di dalamnya, dan memastikan warisan ini terus lestari untuk dinikmati generasi mendatang.

 

Berita Terkait

Seni Nyarere, kerajinan Kreatif dari Lidi Kelapa Khas Ciamis
Genjring Ronyok, Tradisi Buhun yang Masih Bertahan
Tari Sulintang, Tarian Khas dengan Iringan Bambu
Ronggeng Gunung Tradisi Tari Khas Ciamis yang Suci
Bupati Ciamis Pinta OPD dan Camat Siaga
Pemerintah Kabupaten Ciamis Gelar Upacara Hardiknas dan OTDA
Pemkab Ciamis Berikan Bantuan Kepada 330 Petugas Kebersihan
Desa wisata Selamanik: Bertani Jadi Daya Tarik Wisata
Berita ini 40 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 30 Januari 2024 - 16:24 WIB

Seni Nyarere, kerajinan Kreatif dari Lidi Kelapa Khas Ciamis

Jumat, 26 Januari 2024 - 20:41 WIB

Genjring Ronyok, Tradisi Buhun yang Masih Bertahan

Sabtu, 20 Januari 2024 - 13:18 WIB

Tari Sulintang, Tarian Khas dengan Iringan Bambu

Senin, 15 Januari 2024 - 14:23 WIB

Meresapi Hentakan Irama Gondang Buhun Ciamis

Minggu, 14 Januari 2024 - 20:12 WIB

Ronggeng Gunung Tradisi Tari Khas Ciamis yang Suci

Sabtu, 6 Mei 2023 - 11:06 WIB

Bupati Ciamis Pinta OPD dan Camat Siaga

Selasa, 2 Mei 2023 - 21:45 WIB

Pemerintah Kabupaten Ciamis Gelar Upacara Hardiknas dan OTDA

Minggu, 16 April 2023 - 20:23 WIB

Pemkab Ciamis Berikan Bantuan Kepada 330 Petugas Kebersihan

Berita Terbaru

Tugu Tugu di Kota Tasikmalaya (Foto: Istimewa)

Cek Fakta

Menelusuri Jejak Sejarah Lewat Tugu Ikonik Tasikmalaya

Minggu, 7 Jul 2024 - 10:17 WIB