Gentrapriangan.com – Riyanto, adalah sosok yang menjadi kenangan pada peristiwa Bom Natal di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur, 24 Desember 2000.
Riyanto yang anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU), kala itu sedang bertugas membantu aparat keamanan melaksanakan penjagaan malam Natal di Gereja Eben Haezer Mojokerto.
Riyanto menjadi korban setelah membawa lari sebuah tas yang dicurigai berisi bom. Ia menjauh dari lokasi gereja. Tidak lama setelah itu, bom kemudian meledak dan menewaskan Riyanto yang saat itu berusia 25 tahun.
Jasadnya dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Prajurit Kulon, Kecamatan Prajurit Kulon, Mojokerto, pada Kamis (25/12/2000). Makamnya pun sering dikunjungi oleh berbagai kalangan untuk diziarahi ataupun didoakan.
Seragam Banser yang ia kenakan, sekarang dipajang di Museum Nahdlatul Ulama Surabaya. Seragam bercorak loreng pucat itu dibiarkan dalam kondisi terkoyak-koyak sebagai bukti pengorbanan Riyanto. Bahkan, bekas darah sang mendiang pun masih menempel pada seragam tersebut
Mengutip tempo.co, atas tekad pahlawan yang telah dibuktikan Riyanto, pihak Gereja Eben Haezer memberikan penghargaan berupa bantuan biaya pendidikan untuk Supartini, adik Riyanto.
Pendeta Gereja Eben Haezer Rudi Sanusi Wijaya menerangkan bahwa pihaknya akan menyekolahkan adiknya hingga lulus kuliah.
“Kami memberikan beasiswa kepada salah satu adiknya hingga lulus kuliah,” ucap Rudi.
Kini, sudah dua puluh dua tahun berlalu, namun pengorbanan Riyanto masih terus dikenang dan menjadi teladan untuk merawat keberagaman dan kerukunan antar umat beragama di seantero Indonesia, terutama bagi warga Mojokerto.