Mengenal Tradisi Ngaliwet Orang Sunda yang Tak Lekang Dimakan Zaman

- Redaksi

Minggu, 4 Desember 2022 - 17:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Tradisi masyarakat sunda yang terkenal dengan kegiatan makan bersamanya (Ngaliwet). Foto: Fajar Ramadhan/Gentra Priangan.

i

Tradisi masyarakat sunda yang terkenal dengan kegiatan makan bersamanya (Ngaliwet). Foto: Fajar Ramadhan/Gentra Priangan.

Gentra Priangan  – Indonesia dikenal memiliki beragam suku dan dan budaya yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

Suku Sunda adalah salah satu diantara suku bangsa yang  tinggal  di wilayah Jawa bagian barat dan provinsi Banten.

Masyarakat Sunda memiliki beragam kekayaan budaya serta kearifan lokal seperti semboyan hidup, pepatah, seni, dan juga tradisi.

Salah satu tradisi masyarakat Sunda yang bisa beradaptasi di zaman modern sekarang adalah tradisi Ngaliwet.

Ngaliwet adalah aktivitas memasak ala masyarakat Sunda yang disantap dengan alas daun pisang. Budaya ngaliwet sendiri sudah ada sejak zaman dahulu.

Sejarah Ngaliwet

Mengutip dari merdeka.com, ahli kuliner Universitas Gadjah Mada Prof Murdijati Gardjito mengatakan, bahwa awal mula tradisi ngaliwet merupakan cara masyarakat Sunda dalam menghemat pengeluaran karena mayoritas bekerja sebagai penggarap ladang.

“Karena orang zaman dulu yang tinggal di tanah sunda menempuh perjalanan jauh menuju ladang atau kebun, maka nasi liwet ini adalah menu bekal makan untuk menghemat yang nasinya disajikan bersamaan dengan lauknya dalam satu wadah, sehingga bisa awet dari pagi hingga siang, dan tinggal menghangatkannya menggunakan ketel,” jelas Prof Murdijati.

Baca Juga :  Satu Rumah dan Satu Sekolah di Cihurip Retak Akibat Gempa Garut

Cara Pembuatan Nasi Liwet

Cara penyajian nasi liwet dengan menggunakan kastrol. Foto: Sahrul/Gentra Priangan.

 

Kegiatan Ngaliwet pun bisa dibilang sederhana, biasanya diawali dengan pembuatan nasi yang dicampur dengan rempah seperi daun salam, sereh, garam, dan penyedap lain, oleh sebagian orang.

Kemudian sebagiannya lagi menyiapkan lauk pauk, mengambil daun pisang yang akan dijadikan alas makanan dan lain sebagainya. Setelah semuanya siap, maka hidangan makanan disantap bersama sama.

Perbedaan utama dari nasi liwet dengan jenis nasi yang lain ada di proses pembuatan dan penggunaan bumbunya.

Nasi liwet biasanya dimasak menggunakan ketel castrol yang dipanaskan di atas tumpukan kayu bakar, ranting pohon atau dibakar dengan api unggun.

Baca Juga :  Heboh! Puluhan Nomor Telepon Janda Muda Garut Bocor

Biasanya, masyarakat Sunda memiliki kompor tradisional bernama ‘hawu’ di dapur dapur mereka.

Meskipun alat masak di masa ini semakin canggih, namun masyarakat Sunda hingga saat ini masih nyaman menggunakan cara tradisional untuk melakukan kegiatan Ngaliwet yaitu dengan memanfaatkan alam sekitar seperti di kebun, hutan atau sungai.

Makna Ngaliwet Orang Sunda

Tradisi ngaliwet orang sunda yang dilakukan oleh sekelompok remaja dengan berlatangbelakang alam. Foto: Sahrul/Gentra Priangan.

Kegiatan Ngaliwet juga memiliki makna gotong royong. Hal tersebut bisa dilihat dari proses kegiatan Ngaliwet yang biasanya dilakukan secara bersama-sama ada yang bertugas membut nasi liwet memasak lauk pauk atau sekadar mencari alas daun pisang.

Ngaliwet ala Sunda biasanya disantap setelah melakukan aktivitas bersama-sama seperti kerja bakti dan kumpul-kumpul atau sebagai bentuk rasa syukur.

Tujuan dari ngeliwet ini adalah untuk mempererat kebersamaan, keakraban, dan kekeluargaan lewat makan-makan.

Berita Terkait

4 Permainan Tradisional Khas Jawa Barat, Apakah Kalian Pernah Mencobanya?
Ganjar Pranowo: Manfaatkan Teknologi untuk Mendekati Kaum Milenial
Gudang Terbakar di Desa Wanasari Wanaraja
PBNU dan PP Muhammadiyah Sepakat, Politik Identitas dapat Memecah Belah Masyarakat
I Made Wirawan Jabat Asisten Pelatih Kiper
Raju, Fokus pada Misi Pendidikan.
Tersangka Kasus Perdagangan Orang Resmi Ditahan
Celempungan Kesenian Tradisional Jawa Barat
Berita ini 161 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 26 Mei 2023 - 14:29 WIB

Pengawasan Pemilu oleh Perempuan

Kamis, 25 Mei 2023 - 12:45 WIB

Politisasi Ayat Agama dan Penyebabnya

Selasa, 23 Mei 2023 - 14:16 WIB

Lakpesdam PC NU Garut: Politisasi Agama Sebagai Alat Politik

Jumat, 5 Mei 2023 - 16:35 WIB

Makna Awalan Ci Pada Tempat di Jawa Barat

Jumat, 5 Mei 2023 - 10:49 WIB

Aktivis Pemudi Persis Garut: Mungkin Pernikahan Dini Lebih Banyak Lagi

Kamis, 4 Mei 2023 - 20:31 WIB

Kemuslimahan KAMMI Tasik Prihatin Angka Pernikahan Dini Tinggi

Rabu, 3 Mei 2023 - 11:34 WIB

Duta Pendidikan Jabar : Pendidikan Jembatan Kunci Kesuksesan Bangsa dan Negara

Selasa, 2 Mei 2023 - 15:52 WIB

Pesantren Sebagai Institusi Pendidikan Sebelum Lahirnya Konsep Sekolah

Berita Terbaru

Gaya Hidup

Sering Cemas dan  Panik?, Coba Lakukan Teknik Grounding

Selasa, 30 Mei 2023 - 12:14 WIB

Berita

Gudang Terbakar di Desa Wanasari Wanaraja

Jumat, 26 Mei 2023 - 17:06 WIB