Garut – Garut menyimpan begitu banyak pesona yang bisa kita nikmati, ragam budaya tersaji di daerah dengan julukan Kota Intan ini.
Tidak banyak orang tahu, jika Garut memiliki kesenian Bangklung, bahkan kata ini terbilang asing di telinga masyarakat Garut sendiri.
Kesenian ini lahir oleh R. Rukasa Kartaatmadja, Kasi Kebudayaan Kabupaten Garut, di Kampung Babakan Garut, Desa Cisero, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut.
Bangklung merupakan suatu kesenian yang berasal dari kata terebang dan angklung, artinya pagelaran ini merupakan kombinasi antara terebang dan angklung.
Terebang sendiri merupakan nama lain dari Rebana, alat musik yang biasa bernafaskan agama Islam, biasanya digunakan dalam mengiringi sholawat atau pupujian.
Dalam pergelaran seni bangklung, waditra terebang berjumlah 5 unit. Masing-masing terebang memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Biasanya terebang ke-1 disebut Kempring yang berfungsi sebagai Pengatur Tempo, Terebang ke-2 di sebut Tempas dan fungsinya yaitu sebagai Pengiring Kempring, Terebang ke-3 di sebut Bangsing yaitu sebagai Kempui (Goong Kecil), Terebang ke-4 di sebut Indung sebagai Goong, Terebang ke-5 di sebut Anak fungsinya yaitu sebagai Juru Lagu.
Untuk alat musik angklung, untuk menciptakan irama yang indah biasanya membutuhkan setidaknya 10 unit angklung.
Biasanya angklung tersebut terdiri dari empat buah Angklung Ambruk yang berfungsi sebagai pengikut Angklung Roel, Empat buah Angklung Roel yang fungsinya sebagai Juru Lagu, Satu buah Angklung Engklok yaitu sebagai pengisi kekosongan tabuhan dari Angklung Ambruk dan Angkluk Roel, dan satu buah Tarompet sebagai Melodi.
Dalam kesenian Bangklung, play list lagu yang dibawakan sebagian besar bernafaskan Islam. Namun demikian, ada juga pagelaran seni Bangklung yang membawakan lagu-lagu sunda, seperti Soleang, Anjrag, Buncis dan Tokecang.
Para pemain Bangklung biasanya menggunakan busana baju kampret, celana sontog dan totopong.
Setelah irama Bangklung terdengar indah, biasanya seni ini dipadukan dengan tarian bernama Yami Rudat, sebuah tarian yang terinspirasi dari keriangan masyarakat petani saat mengolah lahan persawahan.