Situ Bagendit, danau yang terletak di Banyuresmi dikenal sebagai salah satu kawasan objek wisata di Kabupaten Garut.
Danau yang memiliki luas 120 hektar ini menyajikan lanskap yang menarik bagi wisatawan. Sejauh mata memandang, terpampang panorama pegunungan indah yang mengelilingi.
Kini, setelah revitalisasi pembangunan usai dilakukan secara masif oleh pemerintah, sarana dan wahana yang baru kian melengkapi wajah baru Situ Bagendit.
Meski demikian, Bagendit dengan segala perubahannya tetap menjadi bagian besar cerita bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya.
Ini karena Situ Bagendit tidak hanya menjadi sekadar objek wisata. Dari dulu hingga kini, danau tersebut dijadikan masyarakat sebagai tempat penghidupan.
Banyak warga yang memautkan kisahnya di Situ Bagendit, salah satunya dengan aktivitas memancing. Baik sebagai mata pencaharian atau hanya kegiatan hiburan semata.
Ayep (40), warga Kampung Cianten, Desa Sukamukti, yang lokasinya berdekatan dengan kawasan Situ Bagendit, hampir setiap hari sebagian dari aktivitasnya dilakukan di Kawasan Situ Bagendit.
Setiap pagi Ayep sudah bersiap-siap menuju Bagendit. Tak lupa dengan membawa seperangkat alat pancing. Kemudian ia duduk di tepian danau.
Setelah mendapat posisi yang pas, sambil duduk Ayep mempersiapkan alat pancing yang ia bawa. Baginya mungkin semakin banyak kail yang dilempar, semakin besar juga kemungkinan ikan akan terpancing.
Dengan ketujuh alat pancing yang berjejer rapi, Ayep memautkan umpan-umpannya, dengan harapan akan mendapat ikan yang banyak.
Sambil menatap bentangan air Danau Situ Bagendit Ayep setia menunggu. Sambil duduk ia berteduh di bawah payung berwarna biru. Sesekali ia memeriksa kailnya.
“Dari pagi mancing, dari jam sembilan lah sampai sore. Kalau tidak sampai malam, tergantung tangkapannya,” ucap Ayep sambil menarik ulur pancingannya, (31/12/2023).
Ayep tidak tahu kapan ia bisa mendapatkan ikan yang cukup lumayan di Situ Bagendit. Ia mengatakan, memancing adalah aktivitas yang penuh penantian yang kadang dapat atau kadang tidak sama sekali.
“Kadang dapat, kadang tidak. Ya, mancingmah tidak tentu. Tapi itu seninya,” kata Ayep.
Setiap kali Ayep mancing, ia mendapatkan hasil tangkapan ikan yang tidak tentu. Ia menceritakan hasil pancingan yang paling banyak sekitar 2 kiloan lebih, paling sedikit tidak pernah dapat sama sekali.
Hasil tangkapan tersebut biasanya oleh Ayep dijual pada warga yang menginginkan, atau dikonsumsi sebagai lauk bersama keluarganya.