Tanggal 18 Maret dikenal dengan hari Arsitek Nasional akan tetapi tidak banyak orang yang mengulas sejarah penetapan Hari Arsitektur Nasional ini. Namun semua sepakat, peringatan ini sebagai bentuk penghargaan kepada para arsitek Indonesia masa lalu yang berperan dalam pembangunan di Indonesia.
Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia yang menjabat pada periode 1945–1967 juga dikenal sebagai seorang arsitek, banyak bangunan di Indonesia yang merupakan buah pikir Soekarno yang sejatinya lulusan Teknik Sipil jurusan Pengairan (Waterbouwkunde) dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Di beberapa daerah terdapat bangunan-bangunan megah dan mewah, siapa sangka Tasikmalaya pun memiliki bangunan yang mewah yang sarat dengan nilai historynyam bangunan itu bernama Mesjid Agung Manonjaya, sebuah mesjid yang indah bernuansa neoklasik seperti layaknya bangunan di Eropa, yang memiliki tiang-tiang penyanggah yang besar dan terlihat begitu kokoh.
Jika diamati dengan seksama gaya dari bangunan mesjid yang terletak di Desa Manonjaya ini, memadukan desain Eropa dengan arsitektur tradisional Sunda dan Jawa yang tidak dihilangkan, Terbukti dari ruang salat untuk wanita, serambi (pendopo) di sebelah timur, dan mustaka (memolo) yang konon merupakan peninggalan dari Syek Abdul Muhyi, ulama asal Pamijahan, Tasikmalaya Selatan.
Salah satu bangunan yang menjadi ciri khas dari perpaduan antara unsur Eropa klasik dengan Tradisional itu nampak terlihat dari; atap tumpang tiga, lalu serambi (pendopo), dan struktur saka guru yang terdapat di tengah-tengah ruang tempat untuk salat.
Keunikan lain yang dimiliki oleh mesjid ini, adanya 10 tiang saka guru yang menjadi pondasi kokohnya sebuah bangunan, tidak hanya itu kesepuluh tiang saka guru memiliki kontruksi yang berbeda dengan bangunan yang lazim sering kita lihat, tiang saka guru Masjid Manonjaya ini menggunakan material pasangan batu bata.
Masing-masing tiang saka guru berbentuk persegi delapan dengan diameter 80 cm. Di masjid ini sebenarnya terdapat 51 tiang dari total 61 tiang yang ada dengan diameter antara 50-80 sentimeter (cm) yang terletak di beranda masjid.
Jika kalian bersantai di beranda mesjid, kedua mata kita akan melihat keindahan dan kekokohnya dua buah menara yang di masa lalu biasa digunakan oleh muazin untuk mengumandangkan azan, kedua menara itu, mengapit pintu gerbang utama yang menghadap langsung ke alun-alun Manonjaya.
Sebagaimana layaknya sebuah mesjid selalu ada memolo dan Mesjid Agung Manonjaya pun memilikinya, namun siapa sangka, keberadaan memolo ini menggambarkan betapa sangat berpengaruhnya budaya Jawa di tanah sunda. Masjid Agung Manonjaya ini juga dari segi bahannya menggunakan kayu jati, kapur, dan tanah liat, ketiga material itu digunakan sebagai bahan struktur rangka dan campuran tembok pada setiap dingging masjid, dan untuk cat dari Mesjid Agung Manonjaya ini didominasi oleh warna putih dengan atap dari bangun mesjid itu berwarna hijau tua.
Jadi kapan kalian mau singgah ke mesjid bersejarah ini? Selamat hari arsitek tanggal 18 Maret 2021.
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Manonjaya