Tasikmalaya – Sejumlah sivitas Akademika dari Forum pimpinan perguruan tinggi negeri dan swasta Kota dan Kabupaten Tasikmalaya serukan deklarasi Pemilu Damai di Hotel Santika, Rabu (07/0/2024).
Deklarasi ini diinisiasi supaya masyarakat tidak terpecah belah serta dapat bersikap terhadap Pemilu damai demi menjaga kesatuan dan persatuan.
“Forum menyerukan, mengajak segenap komponen bangsa untuk menyukseskan Pemilu 2024 yang aman dan damai. Menolak segala bentuk provokoasi yang membuat pecah belah masyarakat,” ucap Prof Yus Darusman saat deklarasi, dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, Universitas Siliwangi Kota Tasikmalaya menjadi perguruan yang ikut serta mendeklarasikan. Unsil menyerukan Pemilu Damai di depan Gedung rektorat pada hari yang sama.
Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Dendy Bima Ardana memberi respon terhadap sejumlah perguruan tinggi yang deklarasikan hal tersebut.
Ia menyayangkan sikap sivitas kampus yang menghindari tendensi dan tidak menyatakan sikap tentang kondisi demokrasi di Indonesia saat ini.
Menurut Dandy, terjadi kerancuan yang dilakukan oleh beberapa kampus terhadap kondisi politik menjelang Pemilu 2024.
“Menjadi kerancuan saat ini adalah ada beberapa kampus bukan menyatakan sikap tapi malah menyatakan deklarasi pemilu damai, salah satu contohnya kampus Universitas Siliwangi,” kata Dandy.
Ia mengintrepetasi Universitas Siliwangi
Bahwa kampus perjuangan yang memiliki keberanian dalam menentukan sikap, namun rupanya Unsil menghindari tendensi.
“Deklarasi yang disampaikan itu sangat menghindari tendensi dari berbagai ruang dan tidak memiliki keberanian untuk menyatakan sikap tentang demokrasi saat ini,” kata Dendy.
Selanjutnya, sebagai Ketua PMII, Dandy menantang para Sivitas Akademika Universitas Siliwangi agar membuat pernyataan ulang tentang situasi politik dan kacaunya demokrasi yang terjadi saat ini.
“Menantang untuk para sivitas akademik universitas siliwangi untuk membuat ulang pernyataan sikap tentang kekacauan demokrasi saat ini, bukan malah membuat deklarasi pemilu damai yang telah dilakukan berkali kali oleh KPU,” tegas Dandy.
Selain itu, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik ( Fisip) Unsil Abdul Aziz menilai seruan atau deklarasi pemilu damai yang dilaksanakan oleh para senat cenderung normatif. Hal itu dikarenakan tidak melibatkan mahasiswa sebagai bagian dari Sivitas Akademika.
Abdul menyampaikan deklarasi tersebut tidak merespon tentang krisis demokrasi menjelang Pemilihan Umum 2024.
“Untuk menjaga pemilu tetap damai harus disertai dengan menjaga asas demokrasi,” kata Abdul Aziz.
Abdul Aziz khawatir terjadinya degradasi nalar kritis di jajaran rektorat, atau para petinggi kampus di Kabupaten dan Kota Tasikmalaya bersuara karena takut intervensi dari pemerintah.