Garut – Masyakat seringkali menganggap bonggol jagung sebagai limbah yang tidak menghasilkan rupiah. Namun Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Desa Sindangmekar Institut Teknologi Garut (ITG) bisa merubah menjadi arang bernilai rupiah.
Pemanfaatan limbah bonggol jagung ini dilakukan mahasiswa karena pada awalnya para mahasiswa ini melihat tumpukan bonggol jagung yang tidak dimanfaatkan menjadi apa pun oleh masyarakat,
Ketua kelompok 16 KKN Desa Sindangmekar Fina Ayu Lestari mengatakan, Ia dan teman-temannya ini mencari ide bagaimana bisa memanfaatkan bonggol jagung yang dianggap masyarakat sebagai limbah yang tidak bisa menghasilkan rupiah, di olah menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual tinggi.
“Kan tadinya hanya limbah saja yang benar-benar dibuang oleh warga dan sama sekali tidak dimanfaatkan warga untuk apa-apa. Daripada limbah ini mengotori lingkungan dan daripada nganggur karena tidak dimanfaatkan warga, akhirnya kami olah dengan menggunakan teknik tertentu sehingga bisa menjadi arang yang memiliki nilai jual,” kata Fina kepada gentrapriangan.com, Senin (12/9/2022).
Menurut mahasiswa jurusan Teknik Industri ini, harga jual dari arang briket bonggol jagung juga cukup lumayan tinggi, karena mengingat kualitas arangnya yang bagus, bisa lebih tahan lama ketika digunakan untuk proses pemanggangan.
“Kalau keunggulan arang bonggol jagung ini lebih tahan lama ketimbang arang biasa, harga jual per-box ini berada di kisaran Rp 13-15 Ribu, tergantung berat dari arangnya itu sendiri,” ucapnya.
Arang bonggol jagung ini juga tentunya bisa menjadi alternatif lain, selain arang pada umumnya yang kita kenal berasal dari bahan dasar kayu.
“Arang kan biasanya dari kayu, kalo bicara kayu, harga kayu berapa sih? kan lumayan ya, nah kita ingin memanfaatkan limbah, yang bahan produknya sangat terjangkau dan mudah didapatkan. Selain lebih tahan lama, arang dari bonggol jagung ini juga memiliki kelebihan dari segi panas yang bisa merata, dan karena arang ini menggunakan teknik tertentu, arang ini bisa dicetak berbagai macam bentuk yang menarik dan estetik juga,” jelas Fina.
Setelah sukes membuat inovasi arang dari bongol jagung ini, para mahasiswa tidak lantas membiarkan inovasinya terhenti sampai mereka selesai melakukan pengabdian, dengan menggelar seminar lokakarya, mahasiswa menjelaskan kepada masyarakat bagaimana pemanfaatan bongol jagung menjadi produk yang memiliki nilai jual yang tinggi.
“Nah sebelumnya kan kita juga menggelar seminar lokakarya untuk share ke masyarakat, dan respon masyarakat itu bagus dan tertarik untuk melanjutkan bisnis arang dari bonggol jagung ini, sehingga akhirnya inovasi ini bisa menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat di Kampung Bayubud, Desa Sindangmekar ini,” ucapnya.
Selain membuat inovasi arang dari bongol jagung, Mahasiswa KKN Desa Sindangmekar ini membuat inovasi lain terkait pemanfaatan jagung itu sendiri, dengan membuat inovasi makanan ringan emping jagung. Tidak seperti emping yang kita kenal, makanan yang biasanya berasal dari buah belinjo, ternyata juga bisa berbahan dasar jagung.
Awal mula mereka terbesit ide mengolah jagung menjadi emping itu ketika mereka mengetahui fakta bahwa jagung ini digunakan warga untuk pakan saja, dan harga jual jangung itu sendiri pun terhitung cukup rendah, hanya berada di kisaran Rp 3 ribu per kilo gramnya.
“Kenapa emping jagung karena memanfaatkan dari olahan pipil jagung, karena pipil jagung di sana itu (Kampung Bayubud) dijadikan pakan doang, itu pun dengan harga Rp. 3 Ribu per kilonya, nah dengan itu kita terbesit untuk bisa memanfaatkan bahwa si jagung ini bisa menjadi produk dengan nilai jual yang jauh lebih tinggi. nah dibikinlah emping jagung,” kata Fina.
Keyakinan mereka terhadap pemanfaatan jagung menjadi sesuatu yang bernilai tinggi terbukti dengan produk yang mereka pasarkan, dari awalnya satu kilogram dihargai dengan Rp 3 Ribu , kini setelah dijadikan emping jagung, 1 Kg emping jagung berada di kisaran harga sekitar Rp 75 Ribu.
“Untuk harga jualnya itu Rp. 5 Ribu per kemasan, dari satu kilogram jagung itu menjadi 15 kemasan, artinya lumayan keuntungannya berkali lipat, yang awalnya Rp. 3 Ribu per kilogram, setelah di olah menjadi emping jagung, harganya perkemasan saja bisa Rp. 5 Ribu,” pungkasnya.
Emping jagung ini juga menghadirkan berbagai macam varian rasa, muali dari rasa original, keju, dan pedas.