Bandung – Pengurus Koordinasi Cabang (PKC) PMII Jawa Barat menanggapi positif terselenggaranya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Internasional Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Bandung yang diselenggarakan pada 24-26 Oktober 2022.
Sekretaris PKC PMII Jawa Barat Zamzam Multajam mengatakan, delegasi dari Indonesia harus benar-benar memberikan kontribusi dalam pertemuan tersebut.
“Ini soal martabat bangsa, jangan sampai delegasi dari Indonesia tidak mampu berperan aktif hanya menikmati peristiwa ini sebagai euforia pertemuan yang biasa saja dan tidak mampu mewarnai. Lebih baik Indonesia tidak usah mengirimkan delegasi peserta. Harus ada misi besar untuk perubahan keadaan global dan nasional yang lahir atas keterlibatan delegasi Indonesia,” kata Zamzam di Taman Musik, Selasa (25/10/2022).
Zamzam mengingatkan, sebagai anggota OKI, Indonesia harus menekankan pentingnya mewujudkan perdamaian Indonesia.
“PMII yakin bahwa usaha mewujudkan perdamaian dunia merupakan amanah Undang-Undang Dasar 1945, hal itu merupakan keutuhan komitmen PMII dalam setiap langkah gerak organisasi,” ujarnya.
Zamzam menilai, sebagai negara dengan mayoritas muslim sudah seharusnya mengejawantahan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamiin.
“Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara pertemuan parlemen OKI sudah sepantasnya memantiskan keamanan dan kenyamanan tempat penyelenggaraan, mengingat forum tersebut adalah upaya melahirkan tawaran-tawaran solutif mengenai permasalahan-permasalahan dunia,” ungkapnya.
Zamzam menjelaskan, bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat harus mampu mengoptimalkan momen bersejarah ini.
“Tentu sudah menjadi tanggung jawab Gubernur untuk membantu negara sebagai tuan rumah pertemuan OKI ini. Tapi yang perlu diingat momen ini jangan sampai lepas begitu saha tanpa ada follow up dari pemerintah provinsi. Minimal ada bentuk kerjasama konkrit antara negara luar yang tergabung dalam OKI dengan pemprov,” tuturnya.
Zamzam menyebutkan, bahwa pernyataan sikap ini dibuat dalam tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab, agar tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia saja melainkan warga global baik negara yang tergabung sebagai anggota OKI atau tidak.
“Kami mengemas pernyataan sikap ini ke dalam tiga bahasa, yaitu Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa, Inggris sebagai bahasa dunia, dan bahasa Arab dimana bahasa yang negara penuturnya cukup banyak tergabung dalam keanggotanan OKI,” pungkasnya.