Di tengah pandemi Covid-19 ketersediaan darah di Markas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Garut Unit Transfusi Darah (UTD) mulai menipis, padahal ketersediaan darah sangat diperlukan untuk kebutuhan medis.
Kebutuhan darah di masa pandemi ini memiliki peningkatan yang cukup tinggi, Tetapi, hal ini tidak diimbangi oleh ketersediaan darah yang kian menipis, imbas dari berkurangnya partisipasi masyarakat untuk melakukan donor darah terutama di masa paceklik ini.
Berdasarkan data hasil dari Whole Genome Sequencing (WGS) per 20 Juni 2021, Kementerian Kesehatan RI mencatat 211 kasus dari 2.242 sampel yang harus diwaspadai, 160 kasus (76%) di antaranya adalah varian Delta yang mendominasi di Indonesia dikhawatirkan jumlahnya bisa terus bertambah.
Gelombang arus penyebaran virus Covid-19 yang tidak diingankan itu malah terjadi pada bulan Juli 2021 yang kian hari semakin menganas, terutama varian delta yang mampu menyerang anak muda.
Dalam menanggapi situasi sulit ini, pemerintah mengambil tindakan dengan mengeluarkan kebijakan mengenai Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diharapkan mampu mengendalikan penyebaran virus Covid-19 di Indonesia.
Selain berdampak pada sektor ekonomi, kebijakan ini tentu juga berdampak pada sektor kesehatan yang ayal membuat animo masyarakat untuk berdonor darah di masa pandemi semakin berkurang. Tentunya peristiwa semacam ini akan membuat sejumlah rumah sakit ataupun keluarga pasien ikut merasakan sulitnya mencari pendonor darah yang sesuai dengan kebutuhan.
Situasi pandemi ini membuat pihak PMI Kabupaten Garut sendiri mengakui bahwa memang adanya angka penurunan yang menunjukan bahwa antusias dan kontribusi masyarakat untuk berdonor di masa pandemi ini berkurang cukup signifikan.
Kepala Bagian Pengelolaan Donor PMI Kabupaten Garut, Euis Solihat mengungkapkan, pihaknya sempat mengalami kesulitan mencari pendonor yang berakibat terjadinya pengurangan ketersediaan darah saat Indonesia sedang dilanda puncak penyebaran virus Covid-19.
“Selama pandemi ini memang sempat mengalami penurunan, apalagi waktu puncaknya Covid Itu bulan Juni, Juli, Agustus,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya yang berada tepat di samping ruang donor, Senin Siang (25/10/2021).
Pihaknya juga membenarkan, bahwa selama pandemi ini mengalami penurunan yang signifikan akibat partisipasi masyarakat berkurang serta diberhentikannya kegaitan donor ke daerah lantaran banyak kecamatan di Kabupaten Garut masuk zona merah. Sehingga, hal ini berpengaruh terhadap kebutuhan darah yang sudah ditargetkan sesuai dengan permintaan rumah sakit setiap bulannya.
“Selama pandemi ini memang sempat mengalami kekurangan dan benar-benar mengalami kesulitan. Dari jumlah target atau kebutuhan perbulan itu biasanya 1500 sampai 2000, hanya tercapai sekitar 800.” jelasnya sambil kembali membuka buku laporan yang hampir memenuhi meja kerjanya.
Salah satu keluarga pasien dari Kecamatan Pameungpeuk, Fadzal Anwar menceritakan, bahwa ia sempat mengalami kesulitan mencari darah saat masa pandemi ini. Dirinya harus rela menempuh jarak sejauh 87 kilometer dengan jarak tempuh mencapai 3 jam dari rumahnya menuju Unit Transfusi Darah PMI Garut bahkan sempat mencari sampai ke Bandung.
“Kendalanya lebih ke akses perjalanan apalagi sekarang banyak jalan yang diblokir lebih sulit, ditambah di musim Covid ini juga sulit sekali mencari orang yang sehat mau berdonor darah,” ujar pria dengan gaya rambut berponi saat berjumpa di Markas PMI Garut Jalan Proklamasi No 3.

Melihat berbagai laporan dan berita mengenai kondisi stok darah yang semakin menipis akibat masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan donor. Hal ini juga ditambah lagi dengan kondisi pandemi, rasanya akan semakin sulit menemukan orang yang tidak takut untuk melakukan donor darah.
Padahal kebutuhan darah itu sendiri sangat diperlukan untuk kebutuhan medis bagi berbagai jenis penyakit pasien yang ada di sejumlah rumah sakit. Sehingga ketersediaan darah tidak boleh menipis apalagi sampai kosong.
Kondisi ini akan lebih sulit rasanya jika hanya sekadar dilakukan oleh pihak PMI saja. Tentunya, justru kondisi seperti saat ini perlu adanya kerja sama atau upaya inisiatif warga bantu warga untuk mengatasi permasalahan yang ada, salah satunya seperti melakukan donor darah turut serta mengambil peran membantu PMI berupaya menjaga ketersediaan darah agar tetap aman.
Pahlawan sejatinya adalah mereka yang berjuang tanpa pamrih memperjuangkan kemanusiaan. Dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, banyak muncul pahlawan masa kini yang tengah bergerak dalam sunyi. Nama mereka mungkin jarang terdengar secara luas, tetapi jasa mereka memberikan manfaat yang jelas untuk masyarakat.
Seperti halnya yang dilakukan oleh sejumlah relawan kemanusiaan dari Kampung Nyalindung, Desa Ngamplang, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut yang mengerahkan para relawannya dan menyatakan diri sebagai salah satu lumbung darah di Kabupaten Garut.
Dari liputan ini membuat saya kembali menemui koordinator relawan donor darah yang ramah dari Kampung Nyalindung, Asep Nanu (58) beliau yang sudah bertahun-tahun menjadi relawan terlihat tidak sungkan untuk menceritakan berbagai pengalaman aksi kemanusiaan yang pernah ia lakukan.
Setelah sebelumnya sempat bertemu pada kegiatan donor darah pada Jumat (03/09/2021). Liputan ini kembali membuat saya hendak bersilaturahmi dan melakukan wawancara, bertanya mengenai apa yang saya ingin ketahui lebih dalam mengenai kegiatan donor darah.
Selain bertanya kabar saya pun bertanya padanya mengenai kesediaan dan waktu luangnya untuk melakukan wawancara, alhasil kami sepakat untuk bertemu pada Sabtu siang (23/10/2021).
Di saat masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan donor darah, bagi warga Nyalindung terutama Asep Nanu, kegiatan donor darah ini baginya sudah seperti rutinitas yang tidak boleh untuk dilewatkan tanpa perlu diminta terlebih dahulu.
“Untuk saya sendiri donor darah itu sudah jadi rutinitas yang tidak boleh dilewatkan, karena jika sudah waktunya untuk donor tanpa perlu diminta pun saya akan tetap melakukan donor,” jelasnya saat ditemui di masjid Nasir jalan Ciledug No 137, dirinya terlihat duduk santai di kursi ruang tunggu yang dipenuhi banyak buku.
Kondisi pandemi tidak menyurutkan semangat dan menghilangkan niat baik bagi puluhan relawan donor darah dari kampung Nyalindung. Bahkan antusias mereka saya lihat ketika puluhan relawan menyerbu kegiatan donor darah yang diadakan di Desa Ngamplang. Selain itu, kesadaran yang sudah tertanam dalam diri para relawan membuat mereka merasa sedih ketika ia hendak melakukan donor, tetapi tidak lolos pemeriksaan kesehatan sesuia dengan syarat yang telah ditentukan.
“Bahkan lantaran saking antusiasnya relawan di Nyalindung itu sering bertanya kepada saya, kapan ada jadwal donor lagi pak?, ada juga dari mereka yang merasa sedih ketika tidak bisa berdonor misalkan ketika Hbnya sedang tinggi. Mereka itu sedih karena merasa tidak bisa menolong orang,” ungkapnya sambil tersenyum dengan raut muka tampak bangga pada para relawan.

Acapkali sebagai seorang relawan, kebahagian baginya itu tatkala ada orang yang sedang membutuhkan serta menghubunginya secara langsung dan hal itu adalah bagian dari kesenangannya untuk melakukan donor darah.
“Yang paling membuat saya senang ketika donor darah itu ketika ada orang yang membutuhkan darah langsung request ke saya,” ujar pria dengan pakaian kemeja berwarna hitam rapih dengan tangan kanan memegang botol air mineral yang sesekali ia minum ketika saya hendak melontarkan pertanyaan lainnya.
Kerapkali berhadapan dengan jarum suntik yang bersiap menyedot darahnya kapan saja demi pasien yang sedang membutuhkan. Membuat Asep Nanu, memiliki ragam cerita dan kisah heroik bak pahlawan yang dapat menumbuhkan harapan bagi keluarga pasien untuk dapat sedikit bernapas lega.
“Pengalaman menarik yang paling saya ingat itu ketika ada orang yang menghubungi saya langsung jam 2 malam dan kebetulan darah yang dibutuhkan itu golongan darah O sama dengan saya,” ucap Asep sambil mengingat kejadian malam itu yang tidak akan pernah ia lupakan.
Lebih jauh dirinya menceritakan sebagai seorang relawan kemanusiaan tentunya ketika ada yang sedang membutuhkan harus selalu siap apapun kondidinya. Tak heran jika ia harus siap melakukan donor darah tengah malam dan kejadian itu masih ia ingat betul setiap peristiwanya sampai sekarang, bahkan menurutnya juga dari puluhan dirinya melakukan donor darah, kejadian tengah malam itu yang paling berkesan baginya.
“Kejadiannya itu ada telpon jam 2 malam sedang membutuhkan darah, karena situasi saat itu sudah tengah malam pasti orang lain juga tentunya sedang istirahat. Sedangkan posisi pasien juga sedang sangat membutuhkan. Jadi, tidak bisa menunggu besok paginya membuat saya berangkat waktu itu juga datang ke Markas PMI, bahkan penjaganya juga sudah ada yang tertidur. Wajar karena memang sudah malam,” sambung pria yang pernah bekerja sebagai maintenance di sebuah hotel yang ada di daerah objek wisata Cipanas Garut.
Dirinya juga mengungkapkan, bahwa alasannya untuk melakukan donor darah itu agar dapat memberi manfaat bagi orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan. Dalam hal ini dirinya juga mengatakan bahwa yang dapat ia berikan untuk menolong orang lain bukanlah berupa materi, melainkan darah yang bisa memberi nilai manfaat bagi yang sedang membutuhkan.
“Saya ingin memberikan manfaat bagi orang lain yang sedang membutuhkan pertolongan. Jika, yang saya berikan bukan materi dan saya memiliki darah yang bisa bermanfaat untuk orang lain kenapa tidak untuk saya melakukan donor saja. Agar darah ini memiliki nilai manfaat untuk orang yang sedang membutuhkan,” tuturnya sambil menatap ke arah jam dinding yang menunjukan pukul 14.35 WIB menandakan kami sudah lebih setengah jam berbincang.
Kisah dan aksi relawan kemanusiaan yang rutin melakukan kegiatan donor darah ini tentunya tidak hanya dilakukan oleh Asep Nanu seorang diri saja, bahkan dirinya juga berinisiatif membuat data secara manual dengan ponsel yang ia miliki mengenai siapa saja relawan di Kampungnya.
“Relawan di Nyalindung yang sudah saya data secara manual di handphone itu sekarang ada sekitar 45 orang. Saya data mulai dari nama lengkap, golongan darahnya juga nomer teleponya juga untuk memudahkan jika sedang membutuhkan bantuan bisa langsung menghubungi,” katanya sambil mengirimkan data itu ke nomer WhatsApp saya.
Lanjutnya, ia juga berharap setiap tahunnya relawan kemanusiaan untuk menjadi pendonor darah dari Kampung Nyalindung bisa terus bertambah.
“Semoga setiap tahunnya relawan donor darah di Kampung Nyalindung bisa terus bertambah menjadi 75 bahkan target saya sampai 100 orang lebih,” ujarnya dengan penuh harap.
Seyogyanya hal ini tidak sekadar dilakukan oleh Asep Nanu dan relawan dari Kampung Nyalindung saja. Kisah heroik sebagai relawan kemanusiaan yang bersedia melakukan donor untuk menolong orang lain tanpa membedakan golongan, agama, ras ataupun budaya patut ditiru oleh siapa saja.