Tasikmalaya – Ketua Umum Pemuda Ahmadiyah Indonesia, Mubarak Ahmad Kamil menjadi narasumber dalam kegiatan paralegal yang diadakan oleh DPC Peradi Tasikmalaya, bertempat di Hotel Dewi Asri, Singaparna, Tasikmalaya, Sabtu-Minggu (9-10/3/2019).
Dalam kesempatan tersebut, Kamil mengungkapkan, bahwa Ahmadiyah merupakan korban lemahnya literasi bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, dari 61 negara yang disurvei, Indonesia menduduki peringkat ke 60.
“Salah satu penyerang yang sekarang dekat dengan kita mengatakan alasannya kenapa mereka menyerang kita. Ternyata mereka hanya ikut-ikutan saja atau mengikuti apa yang dikatakan oleh tokoh mereka”, ujarnya.
Menurut Kamil, literasi bukan hanya sekedar membaca, tetapi kemampuan mendeliver informasi yang valid.
“Kita adalah korban, tapi kita tidak boleh diam, kita harus menjadi penyintas yang memperjuangkan hak-hak kita sebagai warga negara. Dan kita harus memastikan bahwa kasus seperti ini tidak terjadi lagi kepada kelompok yang lain, oleh karena itu kita harus bersolidaritas”, jelasnya.
Kendati banyak mengalami kasus intoleransi, Kamil menjelaskan bahwa Ahmadiyah mempunyai peranan penting dalam membangun bangsa Indonesia.
“Sejumlah tokoh seperti W.R Soepratman (pencipta lagu Indonesia Raya), Arif Rahman Hakim (Pahlawan Ampera), di Tasikmalaya juga ada Entoy Mohammad Toyib, peraih satya lencana pergerakan kemerdekaan RI. Mereka semua adalah kader Ahmadiyah”, tutur Kamil.
Oleh karena itu, Kamil berpesan, bahwa kita sebagai kader Ahmadiyah harus fokus memberikan manfaat kepada masyarakat.
“Kita sekarang menjadi komunitas dengan pendonor mata terbesar dan sudah mendapatkan rekor muri, dalam kegiatan donor darah juga kita aktif mendonorkan darah kita tiga bulan sekali. Selain itu kita juga memperhatikan kebersihan lingkungan kita melalui Komunitas Clean The City”, katanya.