Garut – Bencana banjir bandang yang melanda Kabupaten Garut Jumat malam, 15 Juli 2022 menjadikan Garut berada pada status darurat bencana.
Pegiat Lingkungan Garut menilai penyebab utama bencana banjir ini diduga karena rusaknya hulu sungai Cimanuk dan alih fungsi lahan seperti kejadian banjir bandang 20 September 2016.
Menanggapi kondisi banjir yang melanda 14 kecamatan di Garut, Institute for Ecologycal Studies (Infest), khawatir banjir bandang ini menjadi ancaman dan siklus 6 tahun sekali.
Dewan Penasihat Infest, Usep Ebit Mulyana menilai pemerintah daerah absen dalam mengatasi akar permasalahan kerusakan lingkungan, terutama adanya alih fungsi lahan dan minimnya mitigasi bencana.
“Sejak banjir bandang 2016, tidak ada program rehabilitasi lingkungan yang jelas sebagai upaya mitigasi bencana, seperti tidak punya solusi. Buktinya, saat ini banjir bandang terulang lagi,” jelas Dewan Penasihat Infest, Usep Ebit Mulyana, Selasa (19/7/2022) malam.
Lebih lanjut ia menjelaskan, jika mengacu pada kalender hijriyah menurutnya banjir bandang sungai Cimanuk 2016 dan banjir bandang kemarin, waktunya bertepatan dengan bulan Muharam. Hal ini dapat dikatakan kejadiannya tepat enam tahun.
“Kita khawatir ini jadi siklus yang pendek, bisa enam tahun sekali banjir. Bahkan siklusnya bisa lebih pendek kalau akar masalah banjir ini tidak ada penyelesaian,” kata Ebit dalam diskusi bertajuk “Mitigasi Banjir di Garut” yang digelar Kelompok Kajian Masyarakat Peduli Bencana di Kedai Kopi Kopituin.
Ebit menerangkan terdapat perbedaan karakter antara banjir bandang Sungai Cimanuk pada tahun 2016 dengan banjir kemarin. Pada banjir bandang 2016, hampir semua Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Cimanuk meluap dari mulai Cikajang hingga ke Garut Kota.
Sementara banjir kemarin, hanya ada dua Sub DAS Cimanuk yang meluap dan menimbulkan dampak besar, yaitu Sungai Ciwalen dan Cipeujeuh.
“Kebetulan, dua sungai ini bantaran sungainya kawasan padat penduduk di perkotaan, jadi yang terdampak pasti banyak,” imbuhnya.
Usut Dugaan Kerusakan Lingkungan Penyebab Banjir Garut
Di samping itu, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menilai alih fungsi lahan pada kawasan hulu sungai ditambah tingginya curah hujan memicu sungai meluap karena air tidak terserap dengan baik.
“Informasi yang kami terima ada pembabatan hutan, kemudian hutan lindung dipakai untuk hutan produktif, pembangunan dan lainnya,” kata Uu usai meninjau lokasi bencana banjir di Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Minggu (17/7/2022).
Ia mengatakan, masyarakat harus paham bahwa bencana banjir pasti ada penyebab utamanya, jadi tidak mungkin datang tiba-tiba.
“Penyebab bencana ini masyarakat harus paham, terutama yang di hulu. Jangan melakukan tindakan yang bisa menyebabkan terjadinya bencana,” katanya
Ia pun meminta agar masyarakat menggarap lahan secara rasional agar dampak yang dihasilkan tidak menyebabkan bencana.
“Kami tidak melarang, tapi penggunaannya harus rasional. Sehingga ketika hujan turun tidak kejadian seperti ini,” ucapnya.
Sementara itu, Kepolisian Daerah Jawa Barat Irjen Suntana meninjau daerah terdampak banjir di Kampung Cimacan, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut, Senin (18/07/2022).
Ia mengatakan akan meneliti kerusakan lingkungan yang diduga menjadi salah satu faktor kembali terjadinya banjir bandang.
“Nanti akan kita teliti. Karena setiap tahun bila curah hujan begitu tinggi, tempat ini atau tempat yang tadi kita kunjungi, terkadang banjir,” kata Kapolda Jabar Irjen Suntana.
Ia menuturkan alasan penelitian kerusakan lingkungan dilakukan agar ke depan bencana banjir tidak terjadi lagi.