Gentra – Kertas merupakan benda yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari sebagai medium untuk menulis. Seperti kita tahu, beberapa negara di dunia tercatat memiliki kertas-kertas tradisional. Misalnya saja seperti Hanji di Korea, Papirus di Mesir, dan washi di Jepang. Ternyata Indonesia memiliki kertas tradisional yang terkenal dengan nama kertas daluang.
Daluang adalah kertas Jawa, terbuat dari serat kayu paper mulberry (Broussonetia papyryfera Vent). Pohon ini populer dengan sebutan pohon saeh di tanah Sunda.
Kertas Daluang dikenal sebagai media penulisan naskah kuno karena seratnya paling kuat dibanding serat lainnya.
Dahulu kala, daluang berguna sebagai media naskah kuno dan wayang beber. Bukti keberadaan daluang terdapat pada naskah kuno Kakawin Ramayana yang berasal dari abad ke-9.
Dalam naskah itu, daluang merupakan bahan pakaian pandita (sebutan untuk orang yang bijaksana).
Lalu, pada abad ke-18, daluang berguna bukan hanya sebagai pakaian pandita, tetapi juga kertas suci, ketu (mahkota penutup kepala), dan pakaian untuk menjauhkan dari ikatan duniawi.
Sampai akhirnya datangnya Islam di Nusantara, daluang sebagai bahan wayang beber. Salah satu jenis wayang di Jawa yang memanfaatkan lembaran atau gulungan daluang untuk merekam kisahan atau cerita pewayangan dalam bentuk bahasa gambar.
Sementara berdasarkan temuan Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ), Balitbang-Diklat Kementerian Agama (Kemenag), juga disebutkan banyak mushaf Alquran di Nusantara yang ditulis dengan daluang dan kertas Eropa. Mushaf Alquran tertua temuan LPMQ juga terbuat dari kulit kayu daluang.
Daluang ini berguna dalam berbagai tradisi tulis di Indonesia. Mulai dari tradisi pesantren sampai dengan pemanfaatan untuk keperluan administrasi di zaman kolonial hingga awal kemerdekaan Republik Indonesia.