instagram youtube

Keindahan Arsitektur Papandak Mendapat Pengakuan Monumen Alam Zaman Kolonial

- Gentra Priangan

Rabu, 7 Desember 2022 - 08:21 WIB

Kampung Papandak, Wanaraja, Garut tahun 1920-1922. /Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda.

i

Kampung Papandak, Wanaraja, Garut tahun 1920-1922. /Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda.

Garut – Berada tidak jauh dari tempat wisata yang dikenal dengan nama Talaga Bodas, terdapat satu nama kampung yang sempat mendapatkan pengakuan sebagai monumen alam pada tahun 1919 karena keindahan arsitekturnya.

Dalam buku Gids voor Bergtochten op Java (1930), karya Ch. E. Stehn, dituliskan jika terdapat kampung yang memiliki keindahan arsitektur dengan atap Julang ngapak, dan bermaterialkan bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, alang-alang atau injuk.

Dalam buku Vestgelegd voor later (1917) daerah yang mendapatkan gelar sebagai monumen alam (“Aanwijzing Van terreinen als natuurmonumen”) itu bernama Kampung Papandak, Desa Sukamenak, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut.

Potret keindahan arsitektur Papandak sempat diabadikan oleh seorang fotografer Thilly Weissenborn, dalam buku berjudul Vestgelegd voor later (1917).

Pada 6 November 1929, kebakaran besar menghanguskan 121 rumah yang juga menyebabkan terbakarnya tiga tajug (Musala) dan leuit (lumbung). Kerugian akibat tragedi nahas itu ditaksir mencapai 30 sampai 40 ribu gulden.

Baca Juga :  Hari Tani, PMII Jabar Siap Kawal Kesejahteraan Petani

Pemicu terjadinya kebakaran ini diduga dipicu oleh seorang kakek yang menyalakan lodong (meriam bambu) untuk menyambut kelahiran sang cucu.

Lodong ini ternyata menyulut api sehingga membakar rumah yang berbahan dasar bambu dan kayu, material yang mudah terbakar menjadikan api cepat membesar, sehingga kebakaran tidak dapat terhindarkan.

Kejadian ini sempat mengundang perhatian khusus dari pihak Belanda, kebakaran ini diberitakan oleh kantor berita Aneta dan koran-koran di Hindia-Belanda. Bahkan di Belanda sendiri, pada 6-8 November 1929, kejadian ini diberitakan hangat dengan istilah “Brand in het Garoetsche”, “Garoet brand”, “Zware Brand bij Garoet”.

Dalam waktu yang bersamaan, wabah Sampar sedang merajalela, pada saat itu wabah menelan korban sebanyak 1.812 orang, dan pada tahun 1933 tercatat ada 15.188 orang yang meninggal dunia, dalam kurun waktu satu tahun, korban meningkat sebanyak 25%, pada tahun 1934 korban bertambah menjadi 20.569 orang.

Baca Juga :  Korupsi Mensos, Pemuda Katolik Jabar Desak Bansos Covid-19 Jabar Diperiksa Juga

Angka ini cukup besar dan menelan begitu banyak korban jiwa, untuk mengatasi wabah Sampar, pemerintah kolonial akhirnya memutuskan untuk mengubah gaya arsitektur bangunan menjadi setengah tembok.

Perubahan ini tentu menjadi perbincangan hangat, banyak pihak yang menyayangkan kenapa keindahan arsitektur Papandak harus diganti.

Beberapa masyarakat menyayangkan perubahan arsitektur itu terjadi, misalnya dapat dibaca tulisan Aboebakar van Bintoro, “Architectuur Oerang Soenda Sanggeusna Kataradjang koe Pest” (dalam koran Sipatahoenan edisi 19 April 1934).

(“matak sedih katendjona,.. Malah ngerik saenjana /…/ Noe tadina imahna make kolong. Model hateupna roepa-roepa! (Boehna kaboedajaan A.v.B). Nja soeroep, nja sari katendjona. Boh di toendjangeun pasir atawa dina lamping. Soeroep imah pagoenoengan Soenda! Njerep kana rasa kasoendaan. Da poegoeh diadegkeunana teh make rasa kasoendaan, make kaboedajaan Soenda!” (Asalnya rumah berkolong. Atapnya bermacam-macam! (Hasil kebudayaan AvB)

Berita Terkait

Pojok Baca Digital Kini Hadir di Teras Cimanuk
Marak Pemuda Bersarung di Jalanan Kota Bogor, Begini Respon Wakil Walikota
Pagi Buta, Mobil Terperosok ke Dalam Parit di Cibinong
Klaim Tasikmalaya Kota Toleran, Ini Catatan FBTI
Buat Poster Curahan Hati Masyarakat, Cara Aksi Pemuda Desa Tanpa Melanggar Prokes
Aliansi Bogor Bersatu Tolak Aksi Intoleransi Terhadap Ahmadiyah
Musim Hujan, BPBD Minta Masyarakat Waspada Bencana
Taman Maktal, Tempat Nongkrong Baru di Garut

Berita Terkait

Senin, 4 Januari 2021 - 11:34 WIB

FIMNA Sukses Gelar Webinar Kepemudaan dan Launching Buku

Kamis, 28 Mei 2020 - 03:07 WIB

Bogor Diguyur Hujan Deras dan Angin, Pohon Tumbang Timpa Mobil Warga

Kamis, 2 Maret 2023 - 14:19 WIB

Harlah ke-68, IPPNU Siap Jadi Pusat Peradaban Pelajar Putri

Sabtu, 28 November 2020 - 11:32 WIB

Dengan Protokol Kesehatan, Universitas Garut Gelar Wisuda Tatap Muka

Jumat, 27 November 2020 - 20:47 WIB

Helmi Budiman Terpilih Menjadi Ketua Kwarcab Pramuka Kabupaten Garut

Jumat, 3 Februari 2023 - 22:03 WIB

Pasca Gempa, Pemkab Garut Tidak Menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

Senin, 5 Desember 2022 - 17:52 WIB

Menko Polhukam Pastikan Liga 1 Digelar Tanpa Penonton

Kamis, 13 Juni 2019 - 04:00 WIB

Eka Supriatmaja Resmi Dilantik Menjadi Bupati Bekasi

Berita Terbaru

ilustrasi dzikir- Pexels/Thirdman

Ramadan

3 Amalan Utama Ramadhan yang Harus Anda Lakukan

Rabu, 22 Mar 2023 - 12:27 WIB

ilustrasi i'tikaf-Ali Arapoğlu/Pexels

Ramadan

Tata Cara I’tikaf, Syarat dan Rukunnya

Rabu, 22 Mar 2023 - 12:10 WIB

Ilustrasi Mie Ayam-Pexels/Suryq

Berita

Penjual Mie Ayam Keluhkan Sepi Pembeli

Rabu, 22 Mar 2023 - 11:38 WIB

Foto: seniman sunda-Sahrul Imam/Gentra

Budaya

Bahasa Loma Sering Salah Arti Bagi Pendengar

Rabu, 22 Mar 2023 - 10:47 WIB