Keindahan Arsitektur Papandak Mendapat Pengakuan Monumen Alam Zaman Kolonial

- Penulis

Rabu, 7 Desember 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kampung Papandak, Wanaraja, Garut tahun 1920-1922. /Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda.

i

Kampung Papandak, Wanaraja, Garut tahun 1920-1922. /Nationaal Museum van Wereldculturen Belanda.

Garut – Berada tidak jauh dari tempat wisata yang dikenal dengan nama Talaga Bodas, terdapat satu nama kampung yang sempat mendapatkan pengakuan sebagai monumen alam pada tahun 1919 karena keindahan arsitekturnya.

Dalam buku Gids voor Bergtochten op Java (1930), karya Ch. E. Stehn, dituliskan jika terdapat kampung yang memiliki keindahan arsitektur dengan atap Julang ngapak, dan bermaterialkan bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, alang-alang atau injuk.

Dalam buku Vestgelegd voor later (1917) daerah yang mendapatkan gelar sebagai monumen alam (“Aanwijzing Van terreinen als natuurmonumen”) itu bernama Kampung Papandak, Desa Sukamenak, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut.

Potret keindahan arsitektur Papandak sempat diabadikan oleh seorang fotografer Thilly Weissenborn, dalam buku berjudul Vestgelegd voor later (1917).

Pada 6 November 1929, kebakaran besar menghanguskan 121 rumah yang juga menyebabkan terbakarnya tiga tajug (Musala) dan leuit (lumbung). Kerugian akibat tragedi nahas itu ditaksir mencapai 30 sampai 40 ribu gulden.

Baca Juga :  Target Potensi Zakat 2023 Baznas Jawa Barat Rp 3,7 triliun

Pemicu terjadinya kebakaran ini diduga dipicu oleh seorang kakek yang menyalakan lodong (meriam bambu) untuk menyambut kelahiran sang cucu.

Lodong ini ternyata menyulut api sehingga membakar rumah yang berbahan dasar bambu dan kayu, material yang mudah terbakar menjadikan api cepat membesar, sehingga kebakaran tidak dapat terhindarkan.

Kejadian ini sempat mengundang perhatian khusus dari pihak Belanda, kebakaran ini diberitakan oleh kantor berita Aneta dan koran-koran di Hindia-Belanda. Bahkan di Belanda sendiri, pada 6-8 November 1929, kejadian ini diberitakan hangat dengan istilah “Brand in het Garoetsche”, “Garoet brand”, “Zware Brand bij Garoet”.

Dalam waktu yang bersamaan, wabah Sampar sedang merajalela, pada saat itu wabah menelan korban sebanyak 1.812 orang, dan pada tahun 1933 tercatat ada 15.188 orang yang meninggal dunia, dalam kurun waktu satu tahun, korban meningkat sebanyak 25%, pada tahun 1934 korban bertambah menjadi 20.569 orang.

Baca Juga :  PPKM Resmi Dicabut di Semua Daerah

Angka ini cukup besar dan menelan begitu banyak korban jiwa, untuk mengatasi wabah Sampar, pemerintah kolonial akhirnya memutuskan untuk mengubah gaya arsitektur bangunan menjadi setengah tembok.

Perubahan ini tentu menjadi perbincangan hangat, banyak pihak yang menyayangkan kenapa keindahan arsitektur Papandak harus diganti.

Beberapa masyarakat menyayangkan perubahan arsitektur itu terjadi, misalnya dapat dibaca tulisan Aboebakar van Bintoro, “Architectuur Oerang Soenda Sanggeusna Kataradjang koe Pest” (dalam koran Sipatahoenan edisi 19 April 1934).

(“matak sedih katendjona,.. Malah ngerik saenjana /…/ Noe tadina imahna make kolong. Model hateupna roepa-roepa! (Boehna kaboedajaan A.v.B). Nja soeroep, nja sari katendjona. Boh di toendjangeun pasir atawa dina lamping. Soeroep imah pagoenoengan Soenda! Njerep kana rasa kasoendaan. Da poegoeh diadegkeunana teh make rasa kasoendaan, make kaboedajaan Soenda!” (Asalnya rumah berkolong. Atapnya bermacam-macam! (Hasil kebudayaan AvB)

Berita Terkait

Cek Kelayakan Kendaraan Dilakukan Petugas Antisipasi Kecelakaan
Awal Ramadan 1435 Jatuh Pada Hari Selasa 12 Maret 2024
Laga Klasik Liga 1 2023/2024, Persib Keluar Sebagai Pemenang
Asesmen Wilayah Terdampak Bencana Alam di Kabupaten Garut
Beras Lokal Garut Meroket Jelang Ramadan
Warga Tertimpa Pohon Tumbang Dievakuasi Polisi
Pengelola Media Berkumpul di Yogyakarta, Bahas Solusi Bisnis Media Masa Depan
Tabulasi Hilang, Bawaslu RI; Ini Jelas Masalah
Berita ini 38 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 20 Maret 2024 - 12:10 WIB

Cek Kelayakan Kendaraan Dilakukan Petugas Antisipasi Kecelakaan

Minggu, 10 Maret 2024 - 20:10 WIB

Awal Ramadan 1435 Jatuh Pada Hari Selasa 12 Maret 2024

Minggu, 10 Maret 2024 - 15:55 WIB

Laga Klasik Liga 1 2023/2024, Persib Keluar Sebagai Pemenang

Minggu, 10 Maret 2024 - 15:42 WIB

Asesmen Wilayah Terdampak Bencana Alam di Kabupaten Garut

Minggu, 10 Maret 2024 - 13:51 WIB

Beras Lokal Garut Meroket Jelang Ramadan

Sabtu, 9 Maret 2024 - 18:57 WIB

Pengelola Media Berkumpul di Yogyakarta, Bahas Solusi Bisnis Media Masa Depan

Jumat, 8 Maret 2024 - 22:18 WIB

Tabulasi Hilang, Bawaslu RI; Ini Jelas Masalah

Jumat, 8 Maret 2024 - 22:04 WIB

Bobotoh Tidak boleh Hadir di Stadion Saat Duel Klasik

Berita Terbaru

Ilustrasi Mesjid

Berita

Awal Ramadan 1435 Jatuh Pada Hari Selasa 12 Maret 2024

Minggu, 10 Mar 2024 - 20:10 WIB

Berita

Laga Klasik Liga 1 2023/2024, Persib Keluar Sebagai Pemenang

Minggu, 10 Mar 2024 - 15:55 WIB

bencana longsor
(Foto: Istimewa)

Berita

Asesmen Wilayah Terdampak Bencana Alam di Kabupaten Garut

Minggu, 10 Mar 2024 - 15:42 WIB

Anggota Tim Satgas Pangan mengecek harga kebutuhan pokok di salah satu pasar di wilayah Jabodetabek, Senin (10/4/2023). ANTARA/HO-Divisi Humas Polri

Berita

Beras Lokal Garut Meroket Jelang Ramadan

Minggu, 10 Mar 2024 - 13:51 WIB