Depok – Beberapa elemen masyarakat sipil di Kota Depok, Jawa Barat menggelar kegiatan yang bertajuk “Nelusurin Sejarah, Mungutin Sampah”. Kegiatan yang dilaksanakan pada Minggu, 29 September 2019 ini diikuti oleh kaum muda dari berbagai komunitas dan perwakilan siswa/i beserta perwakilan guru pendamping se-Kota Depok. Beberapa sekolah yang terlibat adalah; SMA Lazuardi, SMAN 7, SMAN 5, dan SMAN 8.
Kegiatan di situs sejarah Jembatan Panus ini sebagai upaya membangun kesadaran anak-anak muda tentang sejarah dan kecintaan kepada alam lingkungan kota. Melalui pengembalian ingatan sejarah diharapkan akan membuat masyarakat, terutama anak-anak muda, dapat lebih peduli terhadap lingkungannya, terutama lingkungan di sekitar Sungai Ciliwung, tempat penyelenggaraan kegiatan.
“Kegiatan ini dimaksud untuk mengenalkan sejarah Ciliwung, sebagai pintu masuk keberagaman di Depok, sekaligus menumbuhkan kecintaan pada kebersihan lingkungan, secara bersama dari beragam latar belakang kaum muda dan masyarakat di kota Depok,” ujar Nor Hiqmah, Koordinator Depok Beragam.
Senada dengan Nor Hiqmah sejarawan JJ Rizal mengatakan, Ciliwung telah membuat Depok sejatinya adalah masyarakat sungai. Tetapi kenyataan ini banyak dilupakan.
“Ciliwung seharusnya adalah situs sejarah besar, tetapi tidak terawat, kotor penuh sampah. Ciliwung jadi tong sampah, dijadikan tempat pembuangan akhir,” imbuhnya.
Ia berharap masyarakat Kota Depok bisa menjadikan dan menghargai Ciliwung sebagai ruang sejarah. “Sebab di sungai ini tersimpan sejarah dengan local wisdom atau nilai-nilai kebijaksanaannya untuk kita belajar tentang asal usul Kota Depok dan keberagaman manusia Depok dengan alam lingkungannya. Jadi marilah kita rawat Ciliwung sebagai museum hidup kita,” kata Rizal.
Hubungan pertama Depok dengan dunia internasional diabadikan dalam situs sejarah Pondok Cina dari abad ke-17 –yang tak jauh dari Ciliwung– menandakan hubungan pertama ini dimulai dengan orang-orang Tionghoa. Kemudian disusul hubungan dengan Eropa, dimulai dengan Belanda yang meninggalkan banyak situs sejarah, salah satunya adalah Jembatan Panus yang membentang di atas Ciliwung dekat pemukiman kaum Belanda Depok. Situs yang berumur satu abad pada 2017 ini menjadi gerbang keterbukaan tambahan yang menghubungan Depok dengan daerah sekitar, terutama Jakarta dan Bogor.
“Kami menyambut baik kegiatan menelusuri sejarah sambil bebersih ini karena sifatnya yang teramat penting untuk membangun kesadaran sejarah serta kecintaan kepada Ciliwung, ini memang perlu perhatian,” ucap Ferdy Jonathan, Ketua Komunitas Ciliwung Panus (KCP).