Garut – Pemerintah Kabupaten Garut meminta kepada seluruh pesantren agar menerapkan protokol untuk mencegah penyebaran virus Corona (Covid-19).
Jumlah kasus Covid-19 klaster pondok pesantren di Kabupaten Garut terus mengalami peningkatan.
“Sebab di pesantren itu kan seperti sudah keluarga, sudah dekat, jadi lupa menerapkan protokol kesehatan. Itu yang menyebabkan kasus berkembang cepat di pesantren,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, dikutip dari merdeka.com Senin (26/10/2020 ).
Ia memperhatikan, jika protokol kesehatan dilonggarkan maka muncul kekhawatiran warga sekitar bisa terpapar karena lokasi pesantren yang berbaur dengan masyarakat.
Seperti kasus yang pernah terjadi di Pesantren Pangatikan, banyak warga yang terpapar dan terus meningkat. Pemkab Garut kini telah mempersiapkan ruang isolasi yang terpapar Covid-19.
“Apalagi kalau terjadi outbreak lagi. Kita juga harus melakukan pengawasan, karena kalau sampai ribuan kita juga akan kesulitan,” ungkapnya.
Leli menyampaikan, santri yang negatif Covid-19 hasil tes usap akan diisolasi sementara di pesantren.
“Kita sempat berpikiran, kakau dari satu pesantren lebih banyak yang positif, yang sehat dipisahkan. Namun ternyata, pesantren belum siap menerapkan isolasi mandiri untuk saat ini. Karena kemarin di lokasi anak-anak disuruh tetap diam, namun tetap keluar masuk. Jadi saya juga khawatir justru tak bisa terlaksana dengan baik. Ujungnya justru menyebar lebih luas. Karena itu kitu putuskan tetap kita ambil yang positif untuk diisolasi,” jelasnya.
Sebelumnya, Bupati Garut Rudy Gunawan menyampaikan laporan hasil pemeriksaan yang menunjukan penambahan 110 pasien positif Covid-19 dalam klaster pondok pesantren.
“Telah terjadi outbreak luar biasa, di mana dari 720 sampel (yang diperiksa) ada 110 orang (positif COVID-19) yang berasal dari klaster pesantren,” kata Rudy dalam siaran pers, Sabtu.