Tokoh Jawa Barat, Irjen Pol (Purn.) Anton Charliyan mengaku prihatin Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang tingkat intoleransinya cukup tinggi.
Menurut Anton, hal tersebut dikarenakan banyak gerakan radikal dan intoleransi yang mengatas namakan agama.
“Radikalisme dengan berkedok agama membuat masyarakat Jabar sebagai provinsi yang kuat akan religiusnya menjadi terbius dengan gerakan tersebut,” kata Anton kepada gentrapriangan.com
Mantan Kapolda Jabar tersebut menilai, sikap pemerintah yang terkesan membiarkan tindakan intoleransi, ini dianggap sebagai pembenaran oleh sebagian masyarakat.
“Banyak para pemimpin tokoh jabar yang terpapar intoleransi dan radikalisme, sehingga menjadi jalan tol dan tanah subur bagi paham tersebut untuk tumbuh dan berkembang,” tuturnya.
Sementara itu, Koordinator Solidaritas Korban Tindak Pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan (SOBAT KBB) Jawa Barat, Firmansyah mengatakan, banyak kasus intoleransi yang belum selesai di Jawa Barat.
“Seperti penyegelan tempat ibadah dan pelarangan kegiatan keagamaan,” ucapnya.
Firman menyoroti tentang narasi yang digaungkan oleh pemerintah tentang radikalisme, menurutnya hal tersebut harus diwujudkan dengan melakukan pemulihan hak-hak konstitusional korban tindak kekerasan beragama dan berkepercayaan.
“Saya harap ini bukan hanya sebatas jargon semata, tapi harus dibuktikan dengan penyelesaian kasus-kasus intoleransi”,” ujarnya.