Tasikmalaya – Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, Pengurus Cabang Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri ( PC KOPRI) Kota Tasikmalaya gelar symposium pergerakan KOPRI, bertempat di Aula Gedung PCNU Kota Tasikmalaya, Jl. Dokter Soekarjo, Kota Tasikmalaya pada Kamis (9/3/2023).
Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day) yang diperingati setiap tanggal 8 Maret merupakan suatu peringatan untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, pendidikan, budaya dan politik perempuan.
Symposium Pergerakan Kopri dengan tema “Sejarah Pergerakan Perempuan International Women’s Day dan menakar peran perempuan dalam sektor publik”
Pada kegiatan ini, dibahas dua topik yaitu mengenai ekonomi dan politik dengan dua narasumber yang ahli di bidangnya yakni seorang aktivis perempuan Ipa Zamrotul Falihah dan Hesti Widia yang merupakan seorang pengusaha di bidang fashion design.
Ketua PC Kopri Kota Tasikmalaya Annisa Permata Bunda menyebutkan, dengan diselenggarakannya kegiatan ini selain agar KOPRI lebih mengetahui tentang sejarah perjuangan perempuan, juga sebagai bekal untuk nantinya terjuan baik di dunia perkuliahan, keluarga maupun di masyarakat.
“Adanya acara ini ialah untuk mengetahui bahwasanya jauh sebelum adanya KOPRI banyak sekali perjuangan perempuan untuk akhirnya bisa terbebas seperti sekarang, juga menjadi stimulus awal untuk bekal kita kedepannya, karena akan dibahas tentang politik dan ekonomi,” katanya saat menyampaikan sambutan.
Annisa berharap, bahwa kedepannya KOPRI tidak hanya fokus membicarakan isu-isu keperempuanan saja, namun juga harus mampu memanfaatkan kesempatan yang ada, baik itu di bidang politik maupun di bidang ekonomi.
“Kita sebagai kopri seharusnya tidak hanya berkecimpung mengenai pelecehan seksual ataupun kesetaraan gender saja justru sangat penting untuk lebih berkecimpung di bidang lainnya seperti politik dan ekonomi ya supaya bisa lebih memanfaatkan kesempatan di bidang politik juga di bidang ekonomi,” lanjut Annisa.
Pada kesempatan yang sama salah satu narasumber Ipa Zumrotul Falihah menyampaikan, bahwa bukan saatnya lagi, perempuan mengeluh ingin disamakan. Namun, sudah saatnya untuk melakukan dobrakan-dobrakan untuk pengimplementasian agar kesetaraan gender tidak hanya obrolan semata namun dapat terwujudkan.
“Sudah saatnya kita melakukan dobrakan, bukan hanya menggembor-gemborkan tentang kesetaraan tanpa implementasi,” ungkapnya.
Perempuan tidak hanya menjadi sektor namun sudah seharusnya menjadi seorang aktor. Artinya, dalam sektor apapun perempuan juga harus ikut andil dan berperan.
Seorang KOPRI jangan hanya merasa cukup dengan menjadi pendamping saja, namun harus mampu memiliki posisi yang jelas baik itu di komisariat, di kepengurusan cabang, di masyarakat atau dimanapun itu.
Peringatan hari perempuan internasional ini diharapkan bukan hanya perayaan semata, namun harus bisa lebih dimaknai khususnya bagi perempuan itu sendiri.
Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh ketua umum Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), M. Satriana Ilham dan ditutup dengan sesi tanya jawab.