Setiap tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Hutan Sedunia, yang dimana hutan merupakan salah satu bagian terpenting dari kehidupan ini sehingga manusia tidak bisa lepas dari keberadaan hutan itu sendiri.
Di hutan ada banyak sumber makanan, ada juga kayu-kayu sebagai bahan material untuk membangun sebuah rumah, dan yang paling terpenting hutan memiliki o2 yang sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup manusia.
Namun, selama 75 tahun Indonesia merasakan kemerdekaan, dengan tujuh kali berganti rezim pemerintahan. Indonesia telah banyak kehilangan hutan alam lebih dari 23 juta hektar atau setara dengan 75 kali luas Provinsi Yogyakarta. Setidaknya kehilangan hutan seluas itu adalah angka yang tercatat di FWI (Forest Watch Indonesia) sejak tahun 2000-2017.
Sementara itu, Ketua Gumati Foundation Dodi Kurniawan menyoroti kerusakan hutan yang ada di Tasikmalaya.
“Sedangkan kerusakan hutan yang terjadi di Tasikmalaya, seperti yang telah diliris oleh kantor berita Antara pada tahun 2007, sebanyak 8.000 hektar hutan produksi di Tasikmalaya dalam kondisi rusak parah,” kata Dodi kepada gentrapriangan.com
Dodi melanjutkan, sementara itu situs resmi Global Forest Watch mempublikasikan sebuah data pada tahun 2001 luas hutan primer di Tasikmalaya mencapai 4.75kha atau 1.8% area lahannya. Namun seiring berjalannya waktu pada tahun 2019 telah terjadi pengurangan hutan primer seluas 385mha atau sekitar 0,385 hektar.
“Dari data yang telah diliris oleh media yang diyakini tingkat keakuratan dari data tersebut mendekati kebenaran. Maka Kota Tasikmalaya masih memiliki harapan untuk melindungi hutan,” ujarnya.
“Itu artinya Tasikmalaya memiliki harapan untuk mempertahankan eksistensi hutan primer di satu sisi, dan menekan kerusakan pada hutan produksi dengan menahan penebangan pohon dan melalukan penanaman pohon baru secara masif. Bila saja ini dilakukan, sebuah kabar baik di depan sana,” tambahnya.
Masyarakat harus mulai sadar bahwa hutan merupakan salah satu bentuk eksistensi Tuhan sang pencipta alam semesta ini. Yang mana, jika tidak menjaganya hutan akan menjelma menjadi hantu yang menyeramkan.
“Ingat, hutan menyiratkan rahasia dalam kandungan namanya. Hutan adalah sebuah anagram. Ia cerminan Tuhan yang menyediakan berlimpah karunia bila terpelihara. Ia adalah lambang tahun kemakmuran yang merentangi segala musim. Namun bila ia diganggu, maka ia berubah menjadi hantu yang siap menebar kengerian,” lanjut Dodi.
Jika isu kerusakan hutan ini dianggap hanya sebuah angin lalu maka kita telah melupakan peran kita sebagai manusia.
”Urgensi akan pemeliharaan dan pemulihan hutan sudah masuk tarap kritis. Keliru besar bila kita menganggap sepi isu ini. Bukan saja keliru. Kita bahkan mengkhianati peran kita sebagai Khalifah fil-Ardh,” tegas Dodi.
Maka dari itu menjaga serta melestarikan hutan adalah tanggung jawab seluruh umat manusia. Dan semua eleman harus bahu-membahu untuk melestarikan hutan yang telah banyak memberikan banyak manfaat bagi keberlangsungan hidup manusia.
“Maka lestarikanlah hutan kita!,” pungkasnya.