Gentra- Produksi Film Indonesia sudah mulai sejak zaman penjajahan Belanda. Film Indonesia pertama bahkan sudah dirilis di tahun 1926 berjudul Loetoeng Kasaroeng dan Lily Van Shanghai di tahun 1928. Sayangnya, meski menghadirkan banyak aktor lokal, dua film tersebut sutradaranya bukan oleh orang Indonesia.
Titik balik perkembangan perfilman Indonesia mulai terlihat saat tahun 1950, Usmar Ismail sutradara Indonesia yang berhasil memproduksi film berjudul Darah dan Doa atau The Long March of Siliwangi melalui perusahaan film miliknya sendiri, Perfini.
Hari pertama pengambilan gambar dari film ini pada tanggal 30 Maret 1950. Itulah kenapa Dewan Film Nasional menetapka Hari Perfilman Nasional pada tanggal tersebut.
Film Darah dan Doa menuai sukses karena menggambarkan ideologi milik orang-orang Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan mereka.
Momen tersebut menjadi titik bangkitnya perfilman Tanah Air pada era Presiden BJ Habibie dan diresmikan oleh pemerintah melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999.
Mengutip situs Kemdikbud, penetapan Hari Film Nasional merupakan upaya meningkatkan kepercayaan diri. Memotivasi para insan film Indonesia serta untuk meningkatkan prestasi. Tentunya yang dapat mengangkat derajat film Indonesia secara regional, nasional dan internasional.
Jika Usmar Ismail (Perfini) terkenal sebagai Bapak Film Nasional, maka Djamaludin Malik (Persari) terkenal sebagai Bapak industri filmnya. Keduanya merupakan dwi-tunggal tokoh film nasional setelah kemerdekaan Republik Indonesia.
Tema Hari Film Indonesia 2023
Tahun ini, merupakan peringatan ke-73. Seperti pernyataan Badan Perfilman Indonesia (BPI) kepada Antaranews bahwa tema Hari Film Nasional 2023 adalah “Bercermin Pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan”.
BPI mengupayakan momentum Hari Film Nasional 2023 sebagai ajang untuk meningkatkan rasa percaya diri atas kualitas film anak bangsa. Peringatan ini sekaligus bentuk manifestasi sebagai integrator dalam ekosistem perfilman di Indonesia.
“Tugas BPI adalah menerjemahkan momentum HFN 2023 sesuai isi dan ketetapan presiden. Agar masyarakat film dapat meningkatkan rasa percaya diri atas kualitas film Indonesia,” kata Ketua Umum BPI Gunawan Paggaru saat membuka konferensi tentang film di Jakarta, melalui laman Antara, Senin (6/3).
Peringatan Tahun 2023
Dalam rangka memperingati Hari Film Nasional 2023, BPI menggelar serangkaian kegiatan yang berlangsung pada 6-11 Maret 2023 dengan menggandeng Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia.
Gelaran rangkaian acara HFN 2023 secara online dan offline, serta terbuka untuk umum. Sebanyak 50 orang pembicara lintas-disiplin dan pemangku kepentingan akan hadir membahas beberapa isu, antara lain kebijakan dan standar pendidikan film Indonesia, standar kerja dan optimalisasi pelaku industri film, kode etik profesi perfilman, hubungan industri, pengembangan sumber daya manusia dan komunitas film, dan tata kelola penyelenggaraan festival.
Selain itu, peringatan Hari Film Nasional 2023 juga akan menjadi ajang pembahasan harmonisasi undang-undang dan peraturan terkait perfilman, pengarsipan dan akses data film, perizinan produksi-ekshibisi-sensor film, dan pengembangan pasar serta persaingan usaha.