Tasikmalaya – Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Tasikmalaya menyelenggarakan Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) ke-15 di Ponpes Al-Istiqomah Cibunigeulis Bungursari Kota Tasikmalaya selama tiga hari, 11-13 Desember 2020.
Ketua PK PMII STMIK Tasikmalaya, Bari Rosdi Amrulloh mengatakan mapaba adalah kaderisasi tahap pertama di PMII.
“Acara ini akan dilaksanakan selama 3 hari dari jumat-minggu dengan berbagai materi seperti Ke PMII-an, Aswaja, Nilai dasar Pegerarakan, dan lainnya,” kata Bari, Sabtu, (12/12/2020).
Sementara itu, Sekretaris LAKPESDAM NU Tasikmalaya Ajat Sudrajat mengatakan, PMII adalah wadah mahasiswa-mahasiswi Nahdlatul Ulama di perguruan tinggi.
“Dengan aktif di PMII, sanad ke-NU-an mahasiswa tidak terputus. Membesarkan PMII sama juga dengan membesarkan NU,” ujarnya.
Menurut Ajat, aktifitas PMII di kampus sebagai salah satu Organisasi Mahasiswa Eksternal (OMEK) mendapatkan dukungan kebijakan dengan diterbitkannya Permen ristekdikti no 55 tahun 2018 tentang pembinaan ideologi bangsa dalam kegiatan kemahasiswaan di perguruan tinggi.
“Sehingga jangan sungkan bagi mahasiswa untuk bergabung dan mengeksplorasi diri di PMII,” jelasnya.
Kader PMII Harus menguasai Teknologi
Ajat yang juga Mantan Ketua Umum PC PMII Kota Tasikmalaya tahun 2014 mengatakan kader PMII harus menguasai Teknologi.
“Pertarungan ideologi saat ini tidak hanya terjadi di dunia nyata saja, akan tetapi juga di dunia maya,” ungkapnya.
Ajat melanjutkan, PMII sebagai salah satu kader muda potensial NU harus melahirkan kelompok muda yang konsen dalam bidang TIK.
“Bagi calon anggota PMII STMIK, Jadilah seorang programmer yang handal, jadilah seorang designer grafis yg handal, jadilah seorang ilustrator yg handal, jadilah seorang konten kreator, atau jadilah apapun yang kalian sukai. Tapi ingat sebagai kader muda NU kita harus memegang teguh prinsip islam Ahlu sunnah waljamaah An Nahdliyyah, menyebarkan islam yang ramah dan moderat,” lanjutnya.
“Kuasai paling tidak satu saja bahasa pemrograman, ciptakan banyak karya, karena mulai saat ini dan kedepan tidak akan ada satupun ranah kehidupan yang tidak menggunakan Teknologi,” tambahnya.
Di dunia nyata boleh jadi NU adalah mayoritas, namun di dunia maya mau tidak mau kita harus mengakui bahwa NU di daerah masih harus berbenah dan mulai berfikir serius menciptakan SDM yang berkualitas dalam bidang IT.
“PMII harus mampu menjawab tsntangan zaman. ini adalah PR besar bagi kader PMII, terutama yang memiliki latar belakang pendidikan Teknologi dan Informasi. Harus ada inovasi dalam melakukan kaderisasi, zaman sudah berubah, berinovasilah, karena jika tidak kita akan tergerus oleh zaman,” pungkasnya. (red)