Gentra– Pangsi sebagai pakaian adat sunda belakangnya menjadi sebuah pakaian populer. Penggunaannya kini telah menjadi kebiasaan wajib para pegawai di Instansi pemerintahan. Hal tersebut merupakan dampak dari kebijakan pemerintah Jawa Barat. Namun, ternyata tidak hanya tampilannya yang elegan, pangsi mengandung filosofi yang mendalam.
Penggunaan pangsi sebagai pakaian adat tidak ada yang tahu secara pasti. Karena tidak ada catatan sejarah tertulis dalam manuskrip. Namun, perkirakan pakaian ini berasal pada zaman kerajaan Sunda pada abad ke-14. Pangsi awlnya pakaian para bangsawan sebagai simbol kekuasaan dan status sosial. Selain itu juga sebagai pakaian untuk para penari dan penyanyi ketoprak (seni tradisional Jawa Barat) pada abad ke-19. Pada masa itu, pangsi menjadi bagian dari pakaian tradisional.
Berikut adalah beberapa filosofi yang terkandung dalam pangsi pakaian adat Sunda
Simbol Kedamaian dan Kesetiaan
Pangsi melambangkan perdamaian dan kesetiaan. Hal ini mengacu pada kebiasaan masyarakat Sunda yang hidup rukun dan damai dengan sesama, serta menjunjung tinggi nilai kesetiaan pada pasangan hidup.
Simbol Kebersamaan
Pangsi juga melambangkan kebersamaan. Karena keluarga atau teman dekat memakainya dalam acara-acara adat seperti pernikahan, khitanan, atau selamatan. Dengan mengenakan pangsi bersama, mereka merasa terikat dalam sebuah ikatan persaudaraan dan kebersamaan.
Simbol Kekuatan dan Ketangguhan
Pangsi juga melambangkan kekuatan dan ketangguhan, karena bahan kain yang digunakan untuk membuat pangsi adalah kain yang kuat dan tahan lama. Hal ini menggambarkan sifat tangguh dan kuat yang dimiliki oleh masyarakat Sunda dalam menghadapi segala tantangan.
Dalam keseluruhan, pangsi pakaian adat Sunda memiliki makna filosofis yang dalam dan melambangkan nilai-nilai luhur yang dipegang oleh masyarakat Sunda, seperti perdamaian, kebersamaan, keindahan, kekuatan, dan ketangguhan.