BANDUNG — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, bahwa pihaknya akan membangun empat pusat kebudayaan pada tahun ini. Kabupaten/kota di zona priangan akan menjadi yang pertama, yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Subang.
Menurut Emil — sapaan akrab Ridwan Kamil, pembangunan pusat-pusat kebudayaan ini sebagai bentuk kepedulian Pemda Provinsi Jawa Barat terhadap pelestarian budaya Sunda. Nantinya, berbagai khasanah seni dan budaya Sunda khas kabupaten/kota hingga taman untuk mengenang para seniman dan budayawan Sunda akan di hadir di setiap kabupaten/kota di Jabar.
“Pusat kebudayaan ini menandakan pemerintah provinsi (Jawa Barat) sangat peduli dalam pelestarian budaya Sunda. Jadi, nanti wayang golek, pencak silat, kecapi suling, tari jaipongan, dan sebagainya. Nanti di sana (pusat kebudayaan) ada pojok Cepot, ada Taman Asep Sunandar Sunarya, ada Taman Kang Ibing dan sebagainya bisa dihadirkan di pusat-pusat budaya sesuai makomnya,” ujar Emil saat ditemui di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (6/3/19).
Pemda Provinsi Jabar menganggarkan Rp5 Miliar untuk setiap pusat kebudayaan yang akan dibangun. Namun, tidak menutup kemungkinan ada kerjasama penganggaran dari kabupaten/kota bersama provinsi.
“Pusat kebudayaan segituh dulu (Rp 5 Miliar) nanti dilanjutkan di 2020 buat tambahannya, sambil menambahi yang baru. Nanti kombinasi (anggaran kabupaten/kota dengan provinsi),” kata Emil.
Sementara itu, budayawan Tisna Sanjaya mendukung didirikannya gedung atau pusat kebudayaan di kabupaten/kota di Jawa Barat. Menurutnya pusat kebudayaan sangat penting dan jelas dinantikan kehadirannya oleh masyarakat saat ini. Hadirnya pusat kebudayaan ini diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan, pelestarian, riset, hingga pendidikan budaya sekaligus. Artinya fungsi pusat kebudayaan yang hendak dibangun Pemda Provinsi Jawa Barat, kata Tisna, harus total dan menyeluruh.
Apalagi, lanjut Tisna, di setiap kota/kabupaten di Jawa Barat memiliki khasanah dan kekhasan budaya masing-masing. Maka pusat kebudayaan ini bisa hadir sebagai ‘treatment’ khusus dari pemerintah. Bagi Tisna, kabar dibangunnya pusat kebudayaan di setiap kabupaten/kota menjadi ‘angin segar’ bagi para pelestari budaya khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.
“Saya senang, kalau Pemprov Jabar berencana membangun pusat kebudayaan. Kalau bisa juga melibatkan para ahli dan budayawan itu sendiri, sehingga pusat kebudayaan nantinya juga bisa menjadi pusat riset, sekaligus pusat pendidikan terkait budaya,” ujar Tisna saat dihubungi Tim Peliput Humas Jabar di Kota Bandung.
Lebih lanjut, Tisna menambahkan bahwa Jawa Barat memiliki kekayaan budaya dan cara hidup dalam kehidupannya sehari-hari. Cara hidup ini tercermin dalam perilaku maupun ekspresi. Kearifan lokal inilah yang direkam dan menjadi inspirasi dalam menkreasikan budaya Jawa Barat.
“Jadi, hal- hal seperti itulah yang harus juga diperhatikan, dikumpulkan data-data semacam itu untuk menjadi sumber data, sumber sejarah, sumber riset, bagi bangunan budaya yang hendak didirikan, sehingga gedung budaya bisa menjadi rekam jejak kemajuan peradaban Jawa Barat dan gedung budaya menjadi pusat segalanya,” tandasnya.