Garut – Salah satu penentu dalam terlaksananya Pemilihan Umum demokratis adalah suara pemilih muda. Hal ini dikarenakan suara mereka saat ini sangat signifikan. Oleh karena itu anak muda perlu dilibatkan sebagai salah satu yang berperan penting dalam kontestasi Pemilu 2024.
Menurut Laporan Center For Strategic and International Studies (CSIS) 2023, menjelang Pemilu nanti bersamaan dengan perubahan demografi, dimana bertambahnya jumlah pemilih muda yang berusia antara 17-39 tahun sekitar 60 persen dari total pemilih atau sekitar 114 juta orang.
Signifikannya suara pemilih muda ini mendorong perubahan terhadap peta politik ke depannya dengan karakter yang dinamis, adaptif responsif. Utamanya berkaitan dengan pergeseran minat kalanagan muda dalam isu-isu politik dan karakterisitik pemimpin. Terdapat isu yang menjadi konsen serta menarik bagi pemilih muda.
Dalam survei CSIS, pemilih muda lebih tertarik dengan isu ekonomi dan korupsi dalam Pemilu 2024. Hal itu berdasarkan 44,4 persen responden yang menyatakan kesejahteraan sosial menjadi isu yang menarik untuk diperhatika. Setelahnya ada isu terkait lapangan kerja dan pemberantasan korupsi yang dipilih oleh 21,3 persen dan 15,9 persen responden.
Para peneliti tersebut mengamati terdapat ketertarikan pemilih muda ini menjadi penting mengingat 15,4 persen responden mengaku tidak bekerja saat survei dilakukan. Isu lainnya yang menarik di mata pemilih muda adalah demokrasi dan kebebasan sipil (8,8 persen), kesehatan (6,2 persen), dan lingkungan hidup (2,3 persen).
“Dengan kondisi tersebut kami mendorong agar pemimpin ke depan tetap perlu memberi perhatian yang besar pada isu ekonomi, apalagi pada tahun ini dunia akan menghadapi resesi global,” dikutip dari riset CSIS yang berjudul “Pemilih Muda Dalam Pemilihan Umum 2024: Dinamis, Adaptif dan Responsif”.
Dengan demikian, berdasarkan survey tersebut, penting untuk bagi para pemilih muda mengawal setiap isu ataupun bagi kontestan Pemilu dalam memahami minat isu kalangan muda.