Garut – Masa kanak-kanak merupakan masa dimana kebahagiaan dan sebagian besar waktunya digunakan untuk bermain bersama teman teman di sekolah maupun di lingkungan sekitar rumah.
Namun, berbeda ceritanya dengan Arif bocah berumur 12 tahun ini yang masih merupakan siswa kelas 6 di SDN Sukamenteri. Selain seorang pelajar ia harus bekerja keras dengan menggayuh becak setiap harinya demi membantu mencukupi hidup keluarganya.
Hal tersebut ia lakukan lantaran sang ayah sudah meninggal dunia dikarenakan sakit pada saat arif masih dalam usia kandungan sang ibu yang merawatnya ia sampai sekarang ini.
Arif menuturkan bahwa ia dibesarkan oleh Ibu kandungnya yang kesehariannya mencari barang bekas yang masih bisa dijual untuk dapat menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Sebagai seorang pelajar, Arif menceritakan agenda kesehariannya di pagi hari adalah sekolah dan belajar seperti teman-teman lainnya. Tetapi, ketika selepas pulang sekolah ia tak langsung pulang ke rumah melainkan bergegas ke kawasan pusat kota Garut atau yang lebih dikenal dengan pengkolan untuk menarik becak bahkan tak jarang ia harus menunggu penumpang dan rela pulang malam.
Arif menjelaskan, bahwa jasa transportasi becak yang ia jual bisa menghasilkan uang berkisar Rp 5.000 ru untuk jarak dekat, tapi untuk menuggu satu penumpang datang ia mengaku harus menunggu hingga beberapa jam.
“Tarif untuk jarak dekat Rp 5,000 itu juga susah dan jarang ada penumpang harus nunggu beberapa jam,”‘ ujar Arif kepada Gentrapriangan.com, Sabtu (12/11/2022) malam.
Berbicara penghasilan Arif berterus terang bahwa penghasilan dari menunggu penumpang dari pulang sekolah hingga malam tidaklah menentu, terkadang ia juga pernah pulang dengan membawa uang hampa.
“Yaa untuk penghasilan ga nentu, kalau lagi sepi banget kadang ga pernah dapet penumpang dan pulang pun ga bawa apa apa, cuman kalo lagi rame suka dapet uang sampe 50 ribu,” ungkap Arif.
Dengan tetap bersekolah dan mencari tambahan penghasilan dengan mengayuh becak ia bersemangat untuk tetap bertahan hidup membantu sang ibu, berpacu dengan waktu, berharap roda kehidupan dan nasib baik berpihak atas usaha yang ia lakukan dan berbuah manis kelak dikemudian hari.