Tasikmalaya – Bank Mata Indonesia menyampaikan bahwa terdapat peningkatan jumlah pendonor mata di Indonesia setelah tahun 2015.
Hal itu disampaikan dalam acara hari jadi Perhimpunan Perawatan Penderita Penyakit Mata Undaan (P4MU) yang ke 105.
“Indonesia, setelah tahun 2015 kita bisa melihat satu peningkatan yang sangat baik sekali, meningkat besar,” kata Ketua Umum Bank Mata Indonesia Dr. Thahjono, dalam talkshow bertemakan Donor Kornea dan Estafet Kebaikan, Senin, (19/10/2020).
Pria lulusan doctoral dari University of Amsterdam tersebut menyatakan, mayoritas pendonor kotnea mata berasal dari Jamaah Ahmadiyah dan menjadi contoh bagi dunia karena di sisi lain Ahmadiyah relatif sebagai komunitas yang tersjngkirkan.
“Sebetulnya ini merupakan satu contoh satu-satunya di dunia menurut pandangan saya, mengapa? Karena boleh dibilang 90 persen donor kami dapatkan itu berasal utamanya dari satu kelompok masyarakat yang dalam tanda petik relatif tersingkirkan. Saya sebut saja pendonor paling banyak ini adalah dari Jamaah Ahmadiyah,” ujarnya.
Ia menambahkan, sebagian dari tenaga medis Ahmadiyah dilatih secara khusus untuk menjadi teknisi donor mata, sehingga jika ada anggota Ahmadiyah yang meninggal kemudian mendonorkan kornea matanya, maka teknisi tersebut yang menanganinya.
“Bahkan sebagian dari tenaga medis (Ahmadiyah) itu kami latih menjadi teknisi secara volunteer. Sehingga kalau ada dari keluarga mereka yang meninggal, merekalah yang mengambil, lalu mengirimkannya ke Bank Mata,” tambahnya.
Calon Donor Mata Terbesar di Indonesia ada di Tasikmalaya
Ketua Keluarga Donor Mata Indonesia (KDMI) Tasikmalaya, Dodi Kurniawan mengatakan, donor mata di Tasikmalaya sudah ada sejak tahun 1986.
Namun menurut Dodi, peningkatan calon donor mata terjadi pada tahun 2016, setelah Keluarga Donor Mata Tasikmalaya berdiri.
“Tasikmalaya dikenal sebagai kota santri, saya rasa semangat berbagi tersebut lahir dari pemahaman mendasar mengenai Islam yang adalah menebar keselamatan dan iman yang berarti menciptakan keamanan. Kedua falsafah inilah yang mendasari semangat berbagi,” kata Dodi, Senin, (19/10/2020).
Calon donor mata di Tasikmalaya tercatat sudah ada 3000 orang, dan per tahun 2018 sudah ada 54 kornea mata yang sudah diambil.
“Di Tasikmalaya ada satu Desa yaitu Desa Tenjowaringin yang mayoritas warganya adalah Ahmadiyah telah mendeklarasikan sebagai Desa Siaga Donor Mata. Saya berharap ini bisa diikuti oleh desa-desa lain,” ujarnya.
Hingga saat ini, KDMI Tasikmalaya sudah memiliki tiga tenaga eksisi dan sudah tersertifikasi.
“Tiga tenaga eksisi telah tersertifikasi melalui serangkaian kegiatan yang diadakan oleh Bank Mata Indonesia,” jelasnya.
Melihat potensi yang sangat besar tersebut, Dodi berharap di Tasikmalaya bisa berdiri Bank Mata.
“Untuk saat ini kornea mata harus diantarkan Bank Mata di Bandung, dan di tim juga keterbasan alat. Maka adanya Bank Mata di Tasikmalaya itu semakin memudahkan kornea mata bisa cepat sampai ke yang membutuhkan,” pungkasnya.