Bencana alam seringkali tidak kita duga kedatangannya, dimana seringkali peristiwa ini merugikan banyak masyarakat. Bencana alam merupakan peristiwa yang disebabkan oleh keadaan alam seperti curah hujan yang tinggi, erosi tanah, dan masih banyak lagi.
Banjir di Tasikmalaya merupakan fenonema bencana alam yang terjadi setiap tahunya dikarenakan luapan sungai citanduy dan cimuluh atau kenaikan muka air sungai citanduy yang terjadi berulang-ulang lantas patut dipertanyakan apa peran pemerintah untuk mengatasi terjadinya banjir?
Fenomena banjir selalu dikaitkan dengan pembangunan dinilai sangat merugikan, baikkerugian pada kerusakan fisik bangunan (infrastruktur, fasilitas sosial dan umum, korbanjiwa, dan munculnya masalah sosial lainnya) maupun kerugian dari ekonomi (keterlambatanproses produksi dan distribusi barang). Sebaliknya, pemerintahan kota tasikmalayamenghendaki pembangunan Gedung Gedung tinggi dan fasilatas lainya bukanmemperhatikan dampak dari pembangunan, saya kira bangunan bangunan tinggi yang tanpaizin itu harus diberangus.
Sehingga pemecahan masalah banjir di tasikmalaya menjadi pusatperhatian pemerintah kota tasikmalaya karena saya rasa belum ada penyelesaian sampai saatini tentu dipertanyakan keberadaan pemerintah kota tasikmalaya terhadap keberpihakanyaterhadap masyarakat ?
Pandangan saya beberapa alternatif kebijakan penanganan banjir pemerintah kotatasikmalaya tidak berjalan efektif sampai hari ini diantaranya dengan penataan bangunan liaryang tanpa izin, penataan pemukiman di sekitar hulu sungai di Tasikmalaya, normalisasisungai, rencana pembangunan sodetan/waduk/situ dan lainnya tidak berpengaruh sama sekaliterhadap usaha preventif menanggulangi banjir.Hampir semua paket kebijakan tersebut, menuai pro-kontra di kalangan masyarakat. ini menarik karena kebijakan penanganan banjir selalu berhadapan dengan sektor pembangunan.
Hemat saya dalam masalah lingkungan terganggunya sistem hidrologi pada lingkungandaerah aliran sungai (DAS), yang menyebabkan meluapnya sungai citanduy dan cimuluhmaupun kenaikan muka air dan irigasi dipersempit dengan banyaknya sampah pada aliransungai serta tergenangnya bangunan dan berdampak pada terganggunya kerja ekosistem.
Pada satu sisi, pembangunan mengkonversi lahan dan mengubah peruntukan serta fungsialaminya menjadi bangunan, gedung bertingkat dan tutupan lahan lainnya. Konversi lahanberdampak pada kerusakan ekosistem secara keseluruhan.
Hasilnya, perubahan penggunaan tanah dan konversi tutupan lahan berdampak pada peningkatan banjir di Kota Tasikmalaya. Peningkatan banjir dihasilkan akibat peningkatan sedimentasi dan laju erosi di bagian hulu sungai citanduy dan cimuluh. Sehingga makin besar lahan yang terkonversi, makin besar pula dampak banjir yang dihasilkan.
Lagi dan lagi masalah banjir di Kota Tasikmalaya bermasalah dalam konteks penanganan, baik pada penentuan kebijakan maupun kepentingan masyarakat dan juga kepentingan pemerintah.
Oleh karena itu, peran kebijakan lingkungan pemerintah kota tasikmalaya menjadi sangat penting.
Aminuddin
Pengurus cabang PMII Kota Tasikmalaya