Gentra- Anyaman bambu merupakan kerajian yang berasal dari tanah sunda. Anyaman bambu kerap dibuat oleh masyarakan di daerah pedesaan karena bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Rajapolah sebuah daerah di Tasikmalaya merupakan sentra penghasil anyaman bambu terbesar di Tasikmalaya bahkan Jawa barat. Banyak tersedia produk anyaman bambu jadi maupun mentah di Rajapolah Tasikmalaya.
Anyaman bambu halus pertama kali tercipta oleh seorang petani atau pengrajin Martadinata (Haji Soleh) pada tahun 1890. Pada tahun 1901 pemerintah Hindia Belanda, menunjuk Martadinata sebagai guru untuk menyebarkan jenis kerajinan tangan ini ke Jawa Tengah (Ngawi, Nganjuk) dan Sulawesi (Makassar). Di Tasikmalaya sendiri penyebaran baru mulai setelah pemerintah Hindia Belanda memberlakukan Etische Politik pada tahun 1904.
Sekitar tahun 1980, seorang petani bernama Martadinata kehilangan dompetnya yang terbuat dari kulit domba. Kehilangan ini mendorongnya untuk membuat pengganti dompet. Ia mencoba membuatnya dengan bambu yang dianyam dan berhasil seklai pun anyamannya masih kasar. Lama kelamaan anyaman bambunya semakin halus. Setelah berhasil membuat dompet, mulailah mencoba membuat barang lainnya, seperti kimpul, dan dudukuy cetok (topi caping). Pada awalnya anyaman halus ini hanya untuk keperluan di lingkungan keluarganya.
Masa Politik etis sangat gencar kritikan dan kecaman pedas terhadap sistem tanam paksa (Culture Stelsel) buah dari kelompok politik etis. Pada akhirnya pemerintah belanda mengeluarkan kebijakan Etische Politiek yang merupakan politik balas budi. Belanda menyatakan bahwa mempunyai panggilan moral dan hutang budi terhadap bangsa pribumi. Seiring dengan berjalannya Politik etis membuat pemerintah belanda mulai memiliki perhatian pada kegiatan kerajinan tangan penduduk Tasikmalaya. Hal ini terbukti dengan adanya tempat benama Parakanhonje ada anyaman halus oleh pemerintah hindia belanda. Selanjutnya warga pribumi mulai mengembangkan jenis kerajinan tangan ini tapi tidak hanya untuk penduduk Tasikmalaya.
Perkembangan Selanjutnya
Tasikmlaya pernah mengadakan sebuah proyek yang bertujuan untuk mengembangkan anyaman bambu halus. Proyek ini bernama bamboo processing yang terselenggara pada tahun 1962, tetapi tidak berhasil karena kurangnya sosialisasi.
Setelah mengalami pasang surut, membuat anyaman bambu halus menjadi produk unggulan Tasikmalaya selain produk bordir, batik, payung dan produk lainnya. Juga mampu menjadi ikon dari Tasikmalaya khususnya Rajapolah, bahaka bisa menjadi sumber mata pencaharian masyarakat dan meningkatkan kualitas ekonomi diwillayah tersebut.