Garut- Aktivis Pemudi Persis Garut Popi Silvia mengatakan mungkin saja pernikahan dini di Garut itu lebih banyak ketimbang data dari DP3AKB Jawa Barat.
Popi menyampaikan sepanjang penglamannya sering mendengar resepsi pernikahan yang terkadang pasangnya di bawah umur.
“Sebagai contoh mungkin di Cikajang lah dan sekitarnya. Bahkan hampir setiap bulannya ada pernikahan seperti itu. Bahkan belum lama ini ada pernikahan yang mana laki-lakinya usia 18 tahun dan perempuannya sekitar 15-16 tahun” katanya kepada Gentrapriangan, Kamis(04/05/23).
Menurutnya, ada dua alasan utama kecendrungan orang tua menikahkan anaknya yang masih di bawah umur.
“Pertama, untuk menjaga dari keluar dari Syariat agama mungkin ya karena kan alasannya takut berzina mah maksudnya. Ataupun Seperti apa dan itu yang saya dengar alasannya. Di luar daripada itu ada juga yang sudah terjadi kecelakaan gitu, mau tidak mau untuk menutupi aib keluarga. Ya kemungkinan dalam keadaan mohon maaf ya hamil di luar nikah ataupun sebelumnya karena memang sudah tahu tanda-tanda “tuturnya
“Kedua bisa jadi itu adalah adat (kebiasan). Orang tua kita itu dulu,pernikahan mereka itu di usia 16-15 begitu ya. Wallahu Alam mungkin karena faktor kurangnya edukasi” lanjutnya
Intinya, ia menegaskan, alasan terjadinya penikahan dini karena kekhwatiran orang tua.
“Anaknya yang mulai dekat dengan lawan jenis ya sehingga tidak sabar lagi untuk menikahkan. Padahal mereka pun kalau berpikir jauh si anak yang belum penghasilan misalkan yang masih meminta-minta kepada orang tua. Itu kan beban lagi kepada mereka” tuturnya
Edukasi HKRS
Menyoal edukasi terhadap masyarakat mengenai HKRS, Popi mengakui meskipun instansi terkait melakukan penyuluhan hal tersebut dalam beberapa bulan sekali namun itu masih kurang.
“Karena kebutuhan pun itu terus ada setiap hari, yang kebutuhan dalam hal pengarahan seksual dan sebagainya” ucapnya
Ia setuju tentang wacana pendidikan HKRS masuk ke sekolah namun juga harus memperhatikan teknis juga muatan materinya
“Mereka pun harus mengkaji dulu gitu ya tentang Syariat Islam seperti apa karena nanti supaya tidak berbenturan gitu. Jangan sampai mengambil rujukan dari ajaran dan kebudayaan yang terutuma memusuhi islam. Karena kita sudah punya tokoh yang jelas punya Uswah yang jelas untuk bisa diikuti dan juga jelas keberhasilannya. Begitupun orang-orang di sekitarnya pun jelas,”jelasnya
Aktivis Pemudi Persis Garut ini pun mengusulkan pemerintah untuk lebih gencar lagi mensosialisasikan pentingnya pendidikan. Terutama untuk pendidikan tinggi.
Ia melihat banyak beasiswa tapi Keinginan mereka yang tidak ada untu memanfaatkannya. Padahal jika melanjutkan pendidikan setidaknya akan menunda pernikahan jangan di bawah umur lah,” pungkasnya.
Penulis : Sofa Marwah