Gentra – Kacamata saat ini bukan hanya menjelma sebagai bagian dari gaya hidup, tetapi menjadi kebutuhan hidup. Kacamata sudah termasuk bagian dari fashion manusia di era modern seperti saat sekarang. Perkembangan kacamata di Indonesia sendiri tentu memiliki cerita dan sejarah perkembangan bangsa sejak kemerdekaan. Pengusaha Atjoem Kasoem atau A. Kasoem merupakan pegusaha kacamata pertama asal Garut.
Mendengar sebuah nama toko kacamata Kasoem pasti sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di Garut dan Bandung.
Namun, mungkin tak banyak yang tahu kalau toko ini dirintis oleh seorang tokoh pengusaha asal Garut, Jawa Barat bernama Atjoem Kasoem atau yang lebih terkenal dengan nama A Kasoem.
Biografi Singkat
Memang tidak banyak yang mengetahui kisah A. Kasoem karena tidak mudah mendapatkan informasi tersebut.
Salah satu buku yang memuat kisah A. Kasoem adalah “Jiwa Joang Bangsa Indonesia” karangan Thalib Ibrahim yang diterbitkan Mahabudi tahun 1975.
Buku ini memuat biografi singkat tokoh-tokoh nasional yang pernah dimuat dalam harian Indonesia Raya dan Angkatan Bersenjata tahun 1972-1973.
Dalam buku ini, A. Kasoem disandingkan dengan tokoh nasional yang profesional di bidangnya masing-masing seperti Prof. Dr. Bahder Johan (Cendekiawan), Si Upik (Pharmasi), Soedarpo (Pelayaran), H.M. Nazir (Pelaut), Ramang (Sepakbola), Sayuti Karim (Pelukis), dan Yahya Bahar (Perkapalan). Untuk lebih jelasnya, berikut akan diringkas secara detail kisah A. Kasoem ini.
Kasoem lahir di desa Bojong, Kadungora, Kabupaten Garut – Jawa Barat, 9 Januari 1917. Penghasilan ayahnya yang bekerja sebagai petani, membuat Kasoem kecil terbiasa hidup sederhana.
Untuk urusan pendidikan pun, hanya berhasil ditempuhnya hingga tingkat Taman Dewasa Perguruan Taman Siswa. Meski demikian, keterbatasan ekonomi tak membuatnya patah semangat.
Sebelum terkenal luas sebagai pengusaha sukses, Kasoem turut serta membela kemerdekaan Indonesia. Hal itu bahkan telah ia lakukan sejak masih menimba ilmu di Taman Siswa dengan terlibat aktif dalam berbagai organisasi pergerakan.
Dari situ, ia kemudian berkesempatan untuk mengenal banyak tokoh perjuangan seperti Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.
Membuka Toko
Setelah tamat sekolah, Kasoem bekerja di sebuah toko kacamata yang terletak di Jl. Braga, Bandung. Toko tersebut merupakan milik pria berkebangsaan Jerman bernama Kurt Schlosser. Dari sang pemilik toko, Kasoem kemudian banyak belajar tentang seluk beluk bisnis kacamata. Pelan-pelan, dengan bermodal sepeda, Kasoem mulai merintis usahanya dengan cara keliling dari pintu ke pintu untuk menjajakan kacamata dagangannya.
Akhirnya, setelah beberapa tahun, berkat semangat kerja keras dan kesungguhannya, pada tahun 1938 Kasoem berhasil membuka toko kacamata sendiri di Jl. Pungkur, Bandung yang merupakan toko kacamata pertama yang dibuka oleh orang pribumi.
Bisnis kacamatanya pun berkembang dan berhasil melakukan ekspansi cabang ke sejumlah kota besar di Indonesia seperti Solo, Yogyakarta, sampai ibukota Jakarta.
Melalui usahanya yang terus berkembang itu memberinya kesempatan untuk membantu orang-orang yang aktif di pergerakan nasional.
Berkat kontribusi dan pergaulannya di kalangan para pejuang pun semakin meluas. Dalam perjalanan karirnya, Kasoem memang banyak membantu dan terbantu oleh sejumlah tokoh pergerakan.
Saat tentara Jepang masih berkuasa di Indonesia, Kasoem dapat memiliki toko kacamata di Jl. Braga, Bandung atas bantuan Ki Hajar Dewantara dan Bung Hatta.
Pasca Kemerdekaan
Pasca proklamasi kemerdekaan, Belanda kembali ingin menguasai Indonesia. Dalam masa revolusi itulah, Kasoem ingin aktif di Palang Merah Indonesia.
Namun belakangan, ia terpaksa mengungsikan keluarganya ke Klaten – Jawa Tengah, ketika peristiwa Bandung Lautan Api meletus pada 24 Maret 1946.
Kemudian, atas saran Bung Hatta yang ketika itu menjabat sebagai Wakil Presiden, Kasoem membuka toko kacamata di Yogyakarta serta pabrik penggosok kacamata di daerah Klaten.
Belajar Optik dan Pembukaan Pabrik
Lima tahun kemudian, ia berangkat ke Jerman Barat untuk menambah pengalaman dan wawasan karena merasa tidak puas dengan keahliannya.
Ia belajar optik dan magang di pabrik milik Dr. Herman Gebest sampai akhirnya mampu menguasai ilmu pembuatan kacamata baik secara teoritis maupun praktis.
Setelah mendapat cukup ilmu, Kasoem kembali ke Tanah Air. Pada tahun 1970, dengan bantuan modal dari bank, ia mendirikan pabrik lensa bifokus di kampung halamannya, Kadungora, Garut – Jawa Barat.
Pembukaan resminya baru tanggal 23 September 1974 oleh Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono ke-IX.
Pabrik tersebut merupakan pabrik pertama di Indonesia sekaligus yang terbesar di Asia pada masanya.
Di sela kesibukan membangun bisnis yang rintisannya sejak tahun 30-an itu, antara tahun 1961–1971, Kasoem masih menyempatkan waktunya untuk menjadi dewan kurator atau pembina mahasiswa sejumlah perguruan tinggi dan organisasi kemahasiswaan Tanah Air, seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Universitas Pasundan serta Himpunan Mahasiswa Indonesia.
Pada tanggal 16 Februari 1975 A Kasoem menjadi anggota ilmu pengetahuan optik Jerman Barat dengan nomor anggota 176. Ialah seorang Asia pertama yang menjadi anggota.
A. Kasoem meninggal dunia di Bandung pada 11 Juni 1979.